
Jakarta – Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) menyampaikan keprihatinan mendalam sekaligus mengecam keras tindakan militer sepihak yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Iran.
Serangan yang dilakukan AS melalui operasi gabungan udara dan laut ini terjadi di tengah berlangsungnya perundingan antara Iran dan Uni Eropa di Swiss.
“Tindakan sepihak Amerika Serikat tidak hanya memperburuk konflik, tetapi juga merusak kepercayaan terhadap mekanisme diplomasi internasional,” kata Ketua BKSAP DPR RI dari Fraksi PKS, Mardani Ali Sera, dalam keterangan resmi, Minggu (22/6/2025).
Serangan militer Amerika Serikat ke Iran dilancarkan pada Minggu dini hari, 22 Juni 2025, bertepatan dengan pukul 03.00 waktu setempat. Waktu tersebut sama dengan serangan militer yang dilakukan oleh Israel ke wilayah Iran.
Kesamaan waktu ini semakin memperkuat kekhawatiran akan terjadinya konflik berskala regional dan potensi pecahnya perang terbuka di Timur Tengah.
Amerika Serikat mengungkapkan bahwa militernya menggunakan enam bom penghancur bunker GBU-57 secara khusus untuk menargetkan fasilitas nuklir bawah tanah Fordow milik Iran.
Dalam operasi tersebut, Amerika Serikat juga menyerang Iran dengan kapal selam militer. Setidaknya 30 rudal Tomahawk dijatuhkan ke berbagai target di Iran.
Lebih dari sekadar serangan fisik, insiden ini merupakan tamparan terhadap prinsip-prinsip multilateralisme dan penyelesaian damai melalui diplomasi.
Terlebih, serangan dilancarkan bersamaan dengan pertemuan diplomatik antara delegasi Iran dan Uni Eropa di Swiss, yang menandakan penolakan terang-terangan terhadap ruang dialog.
Serangan ini menjadi pengingat penting bahwa parlemen di seluruh dunia memiliki peran strategis dalam mencegah konflik dan menjaga perdamaian.
“Kekuatan militer tidak boleh menjadi alat utama dalam menyelesaikan sengketa internasional. Justru parlemen dan diplomasi parlementer harus menjadi garda terdepan dalam membangun kepercayaan antarnegara dan mendorong penyelesaian damai yang berkelanjutan,” ujar Mardani.
Reaksi Dunia Atas Serangan AS Terhadap Iran: Kecaman hingga Seruan Damai
Serangan Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir Iran telah memantik gelombang respons internasional dari berbagai negara dan organisasi. Banyak pihak menyatakan keprihatinan mendalam dan mendesak semua pihak untuk menahan diri demi mencegah eskalasi lebih lanjut yang bisa mengguncang stabilitas kawasan dan dunia.
Serangan udara Amerika Serikat yang menyasar situs Fordow, Natanz, dan Isfahan terjadi di tengah ketegangan antara Iran dan Israel. Sementara Washington menyebut tindakan ini sebagai upaya mencegah pengembangan senjata nuklir Iran, banyak negara mempertanyakan dampaknya terhadap keamanan global dan masa depan diplomasi.
Berikut tanggapan dunia internasional atas serangan tersebut, dikutip dari laman AP News, Minggu (22/6/2025).
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap penggunaan kekuatan militer oleh AS. Ia memperingatkan bahwa konflik ini bisa dengan cepat lepas kendali dan menyerukan semua negara anggota untuk menurunkan ketegangan.
“Tidak ada solusi militer. Satu-satunya jalan ke depan adalah diplomasi,” tulis Guterres dalam pernyataannya di platform X.
Inggris
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menekankan bahwa program nuklir Iran merupakan ancaman global. Ia menyerukan agar Iran kembali ke meja perundingan untuk mencapai solusi damai.
“Iran tidak boleh diizinkan mengembangkan senjata nuklir. AS telah bertindak untuk mengurangi ancaman tersebut,” katanya.
Uni Eropa
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Kaja Kallas menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan kembali ke diplomasi.
“Saya mendesak semua pihak untuk mundur, kembali ke meja perundingan, dan mencegah eskalasi lebih lanjut,” ujarnya.
Irak
Pemerintah Irak mengutuk serangan AS dan menyebutnya sebagai ancaman serius terhadap perdamaian dan keamanan Timur Tengah.
“Kelanjutan serangan ini berisiko menciptakan eskalasi berbahaya yang mengancam seluruh kawasan,” kata juru bicara pemerintah, Bassem al-Awadi.
Arab Saudi
Arab Saudi menyatakan “kekhawatiran mendalam” atas serangan udara AS, namun tidak mengeluarkan kecaman langsung.
“Kerajaan menekankan pentingnya menahan diri dan menghindari eskalasi,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Saudi.
Qatar
Qatar menyayangkan meningkatnya ketegangan akibat serangan tersebut dan meminta semua pihak menahan diri.
“Masyarakat kawasan tidak dapat menanggung eskalasi baru di tengah konflik yang sudah berlangsung dan dampak kemanusiaan yang berat,” kata Kementerian Luar Negeri Qatar.
Oman
Oman, yang selama ini berperan sebagai mediator nuklir Iran-AS, mengutuk serangan udara AS.
“Tindakan ini meningkatkan ketegangan dan merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Oman.
Lebanon
Presiden Lebanon Joseph Aoun memperingatkan bahwa serangan AS dapat memicu konflik regional yang lebih luas.
“Rakyat Lebanon sudah membayar mahal akibat konflik sebelumnya. Mereka tidak ingin membayar lebih,” tegasnya.
Houthi dan Hamas Serukan Umat Islam Bersatu Melawan Zionis-Amerika Serikat
Kelompok pemberontak Houthi di Yaman dan kelompok Hamas di Gaza mengutuk keras serangan AS.
“Kami menyerukan negara-negara Muslim untuk bersatu melawan arogansi Zionis-Amerika,” bunyi pernyataan biro politik Houthi.
Tiongkok
Media pemerintah Tiongkok menyebut serangan AS sebagai “titik balik yang berbahaya” dan mempertanyakan apakah AS mengulangi kesalahan invasi Irak tahun 2003.
“Sejarah menunjukkan bahwa intervensi militer sering berujung pada konflik berkepanjangan dan ketidakstabilan,” tulis CGTN.
Jepang
Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba menekankan pentingnya mendinginkan ketegangan dan mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir. Namun ia menolak berkomentar soal dukungan terhadap tindakan AS.
Australia
Australia, yang menutup kedutaannya di Teheran sebelum serangan, mendesak penyelesaian diplomatik.
“Kami menegaskan bahwa program nuklir dan rudal Iran adalah ancaman nyata, namun kami mendorong de-eskalasi dan dialog,” kata seorang pejabat pemerintah.
Selandia Baru
Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters meminta semua pihak untuk kembali ke jalur diplomasi. Ia menolak menyatakan dukungan atau penolakan terhadap tindakan AS.
“Diplomasi akan memberi hasil yang lebih tahan lama dibanding aksi militer,” ujar Peters.
Italia
Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani menyebut fasilitas nuklir Iran berbahaya bagi kawasan, namun berharap aksi militer ini justru bisa membuka pintu bagi negosiasi baru.