
🛢️ Harga Minyak Meroket
- PUSATNEWS Pada Sabtu (21 Juni 2025), harga minyak mentah melonjak hampir 3%—Brent naik menjadi $78,85 per barel dan WTI berada di kisaran $77,20—didorong eskalasi konflik Israel–Iran
- Lonjakan ini mencaplok harga tertinggi sejak akhir Januari, mencerminkan ketakutan pasar terhadap kemungkinan gangguan pasokan, khususnya di Selat Hormuz .
🌍 Faktor Pemicu Tekanan Harga
- Eskalasi dimulai dengan serangan udara Israel di situs nuklir Iran, direspons dengan peluncuran massal rudal dan drone Iran ke wilayah Israel
- Ada kekhawatiran bahwa konflik dapat memperluas hingga menyerang infrastruktur minyak atau menutup Selat Hormuz, jalur utama bagi ~20% perdagangan minyak global
- Risiko tersebut menciptakan “premi geopolitik” di pasar–Goldman Sachs memperkirakan tambahan ~$10 per barel; JP Morgan memperingatkan potensi melambung ke $120–130 jika terjadi penutupan total Hormuz
🇺🇸 Respons AS: Taktik Tahanan & Pendekatan Diplomatik
- Gedung Putih mengumumkan bahwa Presiden Trump akan memutuskan apakah AS akan turut campur dalam konflik dalam dua minggu ke depan
- Setelah pengumuman tersebut, harga Brent turun sekitar 2,4% ke level $76,96—meski masih mencatat kenaikan mingguan +3,8%
- Selain itu, AS memberlakukan sanksi baru pada entitas terkait Iran lewat Departemen Keuangan, sebagai bagian dari strategi diplomasi tekanan �️
- Intervensi diplomatik juga dilakukan: Federal Reserve tetap mempertahankan suku bunga, dan Menteri Keuangan serta pejabat AS mendesak Iran meredam eskalasi .
📊 Analisis & Dampak Makro
- Inflasi: Lonjakan minyak bisa menambah ~$0,20/galon di SPBU dan menambahkan +0,2 %-pt inflasi, sekaligus menyusahkan surat-surat bisnis Fed yang tengah berhati-hati
- Pasokan global: Saat ini OPEC+ sedang menambah produksi, dan AS memiliki cadangan strategis (~60 hari konsumsi Selat Hormuz), mengurangi kemungkinan defisit pasokan permanen .
- Risiko jangka pendek: Jika konflik mereda, harga diperkirakan kembali ke kisaran $75–80 per barel. Namun, jika mencapai skenario ekstrem—penutupan Selat Hormuz atau serangan langsung ke ladang minyak—harga bisa menyentuh $100–150
✍️ Ringkasan Singkat
- Apa yang terjadi? Harga Brent melonjak ~3% ke $78,85/barel, tertinggi sejak Januari, akibat eskalasi militer antara Israel dan Iran.
- Mengapa volatil? Kekhawatiran gangguan pasokan terutama lewat Selat Hormuz, ditambah ketidakpastian posisi AS.
- Respon AS? Menunda keputusan campur tangan, memberlakukan sanksi baru, dan mendorong de-eskalasi melalui diplomasi.
- Apa selanjutnya? Harga kemungkinan fluktuatif dalam dua pekan ke depan, tergantung sikap lebih lanjut Trump; risiko tertinggi adalah dampak langsung pada pasokan jika konflik melebar.
Pastikan terus memantau perkembangan ini—apalagi keputusan AS bisa jadi pemicu berikutnya. Ada aspek ekonomi lain yang ingin kamu gali?