
PUSATNEWS Beirut, 6 Juni 2025 — Menjelang perayaan Idul Adha, ketegangan meningkat di Lebanon setelah militer Israel melancarkan serangan udara ke wilayah selatan Beirut pada Kamis (5/6). Serangan ini menargetkan fasilitas bawah tanah yang diduga digunakan oleh Hizbullah untuk memproduksi drone dengan dukungan Iran. Namun, klaim tersebut dibantah oleh Hizbullah.
Presiden Lebanon, Joseph Aoun, mengecam keras serangan tersebut, menyebutnya sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian internasional dan gencatan senjata yang disepakati pada November 2024. Ia menegaskan bahwa tindakan ini menunjukkan penolakan terhadap stabilitas dan perdamaian di kawasan.
Perdana Menteri Lebanon, Nawaf Salam, juga menyatakan keprihatinannya, menggambarkan serangan itu sebagai upaya sistematis dan disengaja untuk mengganggu keamanan, stabilitas, dan ekonomi Lebanon, terutama menjelang musim liburan dan pariwisata.
Serangan ini memicu kepanikan di kalangan warga, dengan ribuan orang mengungsi dari daerah Dahiyeh, yang dikenal sebagai basis kuat Hizbullah. Kemacetan parah terjadi saat warga berusaha meninggalkan area tersebut.
Israel mengklaim bahwa serangan ini ditujukan untuk menghancurkan fasilitas produksi drone milik Hizbullah yang berlokasi di area pemukiman sipil. Namun, militer Lebanon tidak menemukan bukti keberadaan fasilitas militer di lokasi yang diserang.
Serangan ini merupakan yang keempat kalinya sejak gencatan senjata November 2024 dilanggar, menandakan ketegangan yang terus meningkat antara Israel dan Hizbullah. Masyarakat internasional, termasuk PBB, menyerukan agar semua pihak menahan diri dan menghormati perjanjian gencatan senjata untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Situasi ini menambah beban bagi warga Lebanon yang tengah bersiap merayakan Idul Adha, memperdalam kekhawatiran akan stabilitas dan perdamaian di kawasan tersebut.