
Jakarta – Izin pendakian ke kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) saat ini semakin mudah didapatkan. Calon pendaki bisa mendaftar secara online di situs resminya.
Kendati demikian, tetap ada saja pendaki nakal yang memasuki kawasan TNGGP secara ilegal. Terkait kejadian tersebut, pihak TNGGP pun terus mengedukasi dan mensosialisasikan sanksi yang akan diterima jika ketahuan mendaki ilegal.
Cara Mendaki yang Sah dan Aman

Pihak TNGGP juga mengedukasi cara mendaki yang sah dan aman. Pertama, calon pendaki harus melakukan registrasi pendakian melalui akun resmi TNGGP di booking.gedepangrango.org.
Kemudian, pendaki harus memastikan mendapat barcode yang nantinya dipindai di pos simaksi. Direkomendasikan pula untuk memilih jalur pendakian yang telah ditentukan.
Ada pula aturan untuk menghormati petugas dan aturan yang ada. “Jangan jadikan alam tumbal ambisimu,” pesan TNGGP.
Gunung Gede adalah salah satu gunung favorit bagi pendaki. Lokasi yang tidak jauh dari Jakarta, serta keindahan alamnya telah jadi magnet tersendiri bagi ribuan pendaki yang datang, khususnya di akhir pekan.
Gunung Gede Pangrango merupakan dua gunung yang berbeda yang letaknya saling berdekatan. Meski tampak kembar, kedua gunung tersebut memiliki ketinggian yang berbeda. Ketinggian dari Gunung Gede, yaitu 2.958 mdpl, sedangkan Gunung Pangrango adalah 3.019 mdpl.
Orang Jerman yang Pertama Kali Mendaki Gunung Gede Pangrango

Meski termasuk ke dalam jenis gunung berapi, Gunung Pangrango belum pernah meletus. Hal ini ditandai kondisi puncak gunungnya yang masih mengerucut dan mulus.
Berbeda dengan Gunung Gede yang dipercaya pernah meletus karena terdapat kawah-kawah aktif, seperti Kawah Wadon, Kawah Ratu, Kawah Baru, dan Kawah Lanang yang berada di sekitarnya. Diketahui bahwa orang yang pertama kali mendaki hingga ke puncak Gunung Gede ternyata bukanlah orang Indonesia, melainkan seorang ahli botani berkebangsaan Jerman bernama C.G.C. Reinwardt.
Reinwardt melakukan pendakian hingga ke puncak Gunung Gede Pangrango pada 1819. Dia juga merupakan tokoh pendiri Kebun Raya Bogor yang masih bisa dikunjungi sebagai tempat wisata sampai sekarang.
Kawasan Gunung Gede dan Gunung Pangrango memiliki kekayaan flora fauna yang langka dan unik, hingga UNESCO menetapkan gunung ini sebagai Cagar Biosfer pada 1977. Terdapat 870 jenis tumbuhan berbunga dan 150 jenis paku-pakuan yang dilindungi di kawasan ini.
TNGGP Punya Jembatan Gantung Tertinggi di Asia Tenggara

Beberapa flora paling unik dan populer di sana, yaitu edelweiss jawa, uwi, pinang hijau, kantong semar, pohon puspa, kadsura, lobelia angulata, bunga begonia robusta, ratusan jenis anggrek, dan masih banyak lagi. Sementara untuk faunanya, terdapat 250 jenis burung, serta lebih dari 100 jenis mamalia.
Beberapa fauna yang unik, yaitu owa jawa, lutung surili, macan tutul, anjing ajag, sejenis bajing terbang (Hylopetes bartelsi), elang jawa, walet gunung (Collocalia vulcanorum), pelatuk kundang (Reinwardtii picus validus), katak merah, dan ragam spesies lain.
Kawasan TNGGP juga memiliki jembatan gantung yang dinobatkan sebagai jembatan gantung terpanjang di Asia Tenggara. Jembatan yang diberi nama Situ Gunung Suspension Bridge ini memiliki panjang 243 meter dan tinggi 107 meter dari atas sungai.