
Zoonosis—penyakit yang berpindah dari hewan ke manusia—telah menjadi sumber 75% penyakit infeksius baru, termasuk COVID-19, Ebola, dan HIV. Dengan meningkatnya interaksi manusia-hewan liar dan perubahan iklim, ancaman pandemi baru semakin nyata. Artikel ini membahas risiko, patogen potensial, serta strategi mitigasi untuk mencegah krisis kesehatan global berikutnya.
1. Apa Itu Zoonosis dan Mengapa Berbahaya?
Zoonosis adalah penyakit yang ditularkan dari hewan (vertebrata) ke manusia melalui virus, bakteri, parasit, atau jamur. Proses ini disebut spillover (loncatan patogen), sering terjadi ketika manusia menginvasi habitat hewan atau mengonsumsi satwa liar. Contoh zoonosis yang memicu pandemi:
- COVID-19 (diduga dari kelelawar melalui inang perantara di pasar Wuhan).
- Ebola (dari kelelawar buah ke manusia di Afrika Barat).
- Flu Burung H5N1 (unggas ke manusia).
Faktor Pemicu Zoonosis Modern:
- Deforestasi dan alih fungsi hutan untuk pertanian/perkotaan.
- Perdagangan satwa liar ilegal (termasuk pasar basah).
- Perubahan iklim yang mengubah migrasi hewan dan vektor penyakit (nyamuk, kutu).
2. Patogen Penyebab Potensial Pandemi Baru
WHO menyebut ancaman “Disease X”—patogen belum diketahui yang berpotensi menyebabkan pandemi. Berikut patogen zoonosis yang dipantau:
a. Virus
- Flu Burung (H5N1, H7N9):
Mutasi virus avian influenza bisa membuatnya menular antarmanusia. Kasus kematian H5N1 pada manusia memiliki letalitas 60%. - Nipah Virus:
Ditularkan kelelawar pemakan buah ke babi atau manusia. Letalitas 40-75%, belum ada vaksin. Wabah di India dan Bangladesh sering terjadi. - Coronavirus Lain:
SARS-CoV-3 atau varian baru MERS-CoV dari unta di Timur Tengah.
b. Bakteri
- Antraks:
Penyakit zoonosis dari hewan ternak, berpotensi digunakan sebagai senjata biologis. - Leptospirosis:
Menyebar melalui air terkontaminasi urine hewan pengerat.
c. Parasit & Jamur
- Malaria Zoonotik:
Plasmodium knowlesi (dari monyet) semakin banyak menginfeksi manusia di Asia Tenggara. - Candida auris:
Jamur resisten obat yang menyebar di fasilitas kesehatan.
3. Hotspot Zoonosis Global
Wilayah dengan keanekaragaman hayati tinggi dan aktivitas manusia intensif rentan menjadi sumber pandemi baru:
- Hutan Amazon: Deforestasi membuka akses ke virus dari kelelawar dan primata.
- Asia Tenggara & Afrika: Pasar satwa liar dan konsumsi daging hewan eksotis.
- Peternakan Intensif: Kandung padat ayam/babi memicu mutasi virus flu.
4. Kesiapan Global Menghadapi Pandemi Baru
a. Inisiatif Pencegahan
- One Health Approach:
Kolaborasi multidisiplin (kesehatan manusia, hewan, lingkungan) untuk memantau penyakit zoonosis. Contoh: program PREDICT oleh USAID. - Global Virome Project:
Memetakan 1,6 juta virus di satwa liar untuk mengidentifikasi patogen berpotensi pandemi. - Perjanjian Pandemi WHO:
Kerangka kerja global untuk berbagi data patogen, vaksin, dan sumber daya saat krisis.
b. Teknologi Penangkal
- Platform Vaksin mRNA:
Teknologi COVID-19 (Moderna, Pfizer) bisa diadaptasi cepat untuk patogen baru. - Surveilans Genomik:
AI dan sekuensing DNA digunakan untuk mendeteksi mutasi virus secara real-time.
c. Tantangan yang Menghambat
- Ketidaksetaraan Akses Vaksin:
Negara miskin sering kesulitan mendapatkan vaksin dan alat diagnostik. - Pembiayaan Terbatas:
Hanya 5% dana kesehatan global dialokasikan untuk pencegahan pandemi. - Politik dan Misinformasi:
Penolakan vaksin dan kebijakan lockdown kontroversial memperlambat respons.
5. Studi Kasus: Indonesia dan Risiko Zoonosis
- Perdagangan Satwa Liar:
Pasar burung dan reptil ilegal di Jakarta/Surabaya berpotensi menjadi sumber spillover virus. - Flu Burung:
Indonesia termasuk negara dengan kasus H5N1 tertinggi (202 kematian pada 2003-2023). - Perubahan Lanskap:
Alih fungsi hutan Kalimantan/Sumatra untuk sawit meningkatkan kontak manusia-orangutan.
6. Langkah Pencegahan Individu & Komunitas
- Hindari konsumsi daging satwa liar atau hewan eksotis.
- Laporkan perdagangan satwa ilegal ke pihak berwenang.
- Dukung pelestarian hutan dan kebijakan peternakan berkelanjutan.
- Edukasi masyarakat tentang bahaya zoonosis melalui kampanye kesehatan.
7. Masa Depan: Proyeksi dan Harapan
- 2025-2030:
WHO memprediksi peningkatan wabah zoonosis 3-5 kali lipat akibat perubahan iklim. - Teknologi Deteksi Dini:
Sensor lingkungan dan AI akan dipasang di hotspot zoonosis untuk memberi peringatan dini. - Vaksin Universal:
Peneliti sedang mengembangkan vaksin broad-spectrum untuk keluarga virus (contoh: pan-coronavirus vaccine).
Kesimpulan
Pandemi baru bukanlah soal “jika”, tetapi “kapan”. COVID-19 adalah peringatan bahwa ketidaksiapan manusia mengelola alam bisa berakibat fatal. Upaya kolektif—dari tingkat individu hingga global—diperlukan untuk memutus mata rantai zoonosis, termasuk menghentikan perdagangan satwa liar, memperkuat sistem kesehatan, dan mengadopsi pendekatan One Health.