
PUSATNEWS – Juru Bicara Kepresidenan Rusia Dmitry Peskov, pada Selasa (18/2/2025), mengatakan bahwa Ukraina punya hak untuk bergabung dalam Uni Eropa (UE). Namun, ia mengklaim, Rusia tidak dapat menerima Ukraina bergabung dalam aliansi militer NATO.
Pekan lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut bahwa Ukraina akan membangun militer jika tidak dapat bergabung dalam NATO. Ia menyebut Ukraina harus memiliki personel militer sebesar Rusia untuk mencegah invasi di masa yang akan datang.
1. Ukraina gabung NATO akan jadi ancaman Rusia

Peskov mengatakan, permasalahan di Ukraina tidak diselesaikan tanpa mengentaskan masalah keamanan di Benua Eropa secara menyeluruh.
“Resolusi jangka panjang tidak dapat ditetapkan tanpa sebuah kepahaman yang komprehensif dari isu keamanan di seluruh Benua Eropa. Mengenai bergabungnya Ukraina dalam UE, itu adalah hek semua negara tidak ada yang dapat mengganggu. Namun, ketika itu berurusan dengan aliansi militer. Kami memiliki pendekatan yang berbeda,” terangnya, dikutip The Moscow Times.
Ia menambahkan bahwa keinginan Ukraina menjadi bagian dari aliansi NATO adalah sebuah ancaman besar bagi Rusia. Maka dari itu, Moskow menolak segala rencana Kiev bergabung dalam aliansi militer Barat tersebut.
2. Minta NATO batalkan Perjanjian Bukares pada 2008

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia, Maria Zakharova, mengungkapkan bahwa bergabungnya Ukraina dalam NATO akan menciptakan ancaman serius dan memicu konsekuensi besar terhadap seluruh Eropa.
“NATO harus membatalkan Perjanjian Bukares pada 2008 yang berisikan jaminan aksesi Ukraina dalam blok NATO di masa yang akan datang. Sebaliknya, permasalahan ini akan terus belanjut dan semakin memperburuk situasi di Benua Eropa,” tuturnya, dilansir Tass.
Ia menambahkan, Presiden Rusia Vladimir Putin sudah menyatakan dengan jelas posisi konseptual Rusia dalam menyelesaikan krisis di Ukraina. Ia menyebut, posisi Ukraina sebagai negara netral sudah tertuang dalam deklarasi kemerdekaannya pada 1990.
3. Lavrov sebut tidak ada alasan Eropa ikut dalam negosiasi damai

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk pemimpin Eropa yang mengambil bagian dari negosiasi mengakhiri perang di Ukraina. Ia menuding UE hanya memperpanjang konflik.
“Saya tidak tahu apa yang mereka (Eropa) lakukan dalam negosiasi damai. Jika mereka duduk dalam negosiasi damai dengan tujuan melanjutkan peperangan. Lalu, kenapa mereka harus diundang di sana?” ungkapnya.
Ia menyebut Brussels telah gagal membantu terwujudnya resolusi damai di Ukraina sejak 2014. Saat itu, Rusia memutuskan untuk menganeksasi Krimea dan mendukung kelompok separatis pro-Rusia di Ukraina bagian timur.
Lavrov menyebut bahwa Moskow tidak akan berkompromsi soal teritori Ukraina yang direbut selama hampir 3 tahun terakhir. Ia mengatakan, teritori tersebut sama sekali tidak terpikirkan dalam negosiasi damai.