

PUSATBERITA , Saat kurang darah atau anemia terkadang kita disarankan untuk mengonsumsi daging kambing. Konon, daging hewan ini dikatakan dapat membantu meningkatkan kadar sel darah merah sehingga cocok untuk penderita anemia.
Benarkah daging kambing bisa atasi anemia?
Pada dasarnya, daging kambing mengandung berbagai nutrisi, salah satunya zat besi. Nutrisi tersebut diperlukan tubuh guna membentuk protein bernama hemoglobin pada darah.
Kadar hemoglobin sangat penting bagi tubuh. Jika kadar hemoglobin kurang, sel darah merah tidak bisa membawa oksigen ke paru-paru dan ke seluruh tubuh. Nah, konsumsi daging kambing dapat meningkatkan zat besi dalam tubuh sehingga mendukung produksi hemoglobin.
Kandungan zat besi pada daging kambing bahkan lebih tinggi dibanding daging sapi dan ayam. Secara tidak langsung, kandungan tersebut dapat meningkatkan hemoglobin yang membantu mencegah anemia.
Akan tetapi, bukan berarti daging kambing adalah obat bagi penderita anemia, ya. Kondisi kurang darah terbagi menjadi beberapa jenis dengan penyebab dan tingkat keparahan berbeda. Oleh karenanya, mengonsumsi makanan kaya zat besi saja mungkin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan harian, khususnya pada seseorang dengan kondisi tertentu.
Lebih lanjut, meski jawaban dari pertanyaan di atas adalah benar, bukan berarti kamu boleh mengonsumsi daging kambing berlebihan, ya. Makan daging kambing terlalu banyak juga berisiko, lho.
Apakah daging kambing bisa menyebabkan tekanan darah tinggi?
Selain anggapan daging kambing bisa mengatasi anemia, ada juga isu yang berkembang bahwa penderita hipertensi tidak boleh mengonsumsi daging kambing. Benarkah demikian?
Studi dalam Asian-Australasian Journal of Animal Sciences menyebutkan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang mendukung argumen tersebut. Dua percobaan dilakukan untuk memperjelas apakah tekanan darah meningkat setelah mengonsumsi hidangan berbahan daging kambing. Dari percobaan tersebut ditemukan bahwa konsumsi daging kambing tidak menyebabkan tekanan darah meningkat. Akan tetapi, banyaknya garam dan bumbu yang digunakan pada masakan berbahan dasar kambing itulah yang jadi penyebabnya.
Alih-alih daging kambingnya, meningkatnya risiko tersebut lebih karena cara pengolahannya. Ketika daging kambing dibakar atau dimasak pada suhu sangat tinggi dapat mengakibatkan amina heterosiklik (HCA) dan amina polisiklik (PAH). Keduanya adalah bahan kimia yang diduga bisa meningkatkan risiko kanker.
Berapa banyak daging kambing yang aman dikonsumsi?
Memasukkan daging kambing pada menu harian sangat disarankan karena dapat memenuhi kebutuhan protein. Lantas, seberapa banyak daging yang bisa dikonsumsi per harinya? Jawabannya tergantung pada kondisimu.
Pada kondisi normal, disarankan untuk tidak mengonsumsi daging lebih dari 70 gram sehari. Ini meliputi semua jenis daging merah, termasuk daging kambing dan sapi.
Namun, angka yang disarankan bisa berkurang tergantung pada kesehatan atau jenis daging yang dikonsumsi. Adapun daging kambing yang diolah dengan cara diasap, diawetkan, diasinkan, bahkan ditambahkan bahan pengawet hanya boleh dikonsumsi dalam porsi kecil.
Benarkah daging kambing bisa mengatasi anemia? Meski tidak secara langsung, zat besi pada daging kambing bisa meningkatkan hemoglobin yang dibutuhkan tubuh untuk bekerja optimal. Secara tidak langsung, hal tersebut bisa membantu mengatasi anemia, lho.