PUSATNEWS Jakarta, 7 Agustus 2025 — Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa penjualan rumah di Indonesia mengalami penurunan signifikan pada kuartal kedua tahun ini. Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) terbaru yang dirilis hari ini, penurunan terjadi baik di segmen rumah tapak bersubsidi maupun non-subsidi.
Menurut BI, total penjualan rumah nasional turun sebesar 12,5% (year-on-year), angka terendah dalam dua tahun terakhir. Penurunan ini utamanya disebabkan oleh tingginya suku bunga KPR, ketidakpastian ekonomi global, serta meningkatnya biaya bahan bangunan.
Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan bahwa daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah masih tertekan oleh inflasi, sementara kalangan atas cenderung menunda pembelian rumah karena situasi ekonomi yang belum stabil.
“Kombinasi antara kenaikan bunga KPR, harga tanah, dan bahan bangunan membuat banyak konsumen ragu untuk mengambil keputusan membeli rumah saat ini,” jelas Juda dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (7/8).
Dari sisi pengembang, banyak yang mengeluhkan proses perizinan yang masih berbelit serta ketidakpastian tata ruang di beberapa daerah, yang membuat suplai rumah baru ikut menurun.
Wilayah dengan penurunan penjualan paling tajam tercatat di Jawa Barat, Banten, dan Kalimantan Timur. Sementara itu, penjualan rumah di kawasan metropolitan seperti Jabodetabek juga mengalami perlambatan yang mencolok.
Meski demikian, BI tetap optimistis bahwa penjualan properti dapat membaik pada semester kedua jika stabilitas moneter terjaga dan pemerintah mempercepat realisasi stimulus sektor perumahan, termasuk subsidi bunga KPR dan insentif pembebasan PPN untuk rumah pertama.
