
PUSATNEWS Tel Aviv/Gaza, 10 Juli 2025 — Pemerintah Israel menyatakan siap menyetujui gencatan senjata permanen di Jalur Gaza, dengan syarat utama: Hamas harus setuju untuk melakukan proses demiliterisasi. Pernyataan ini disampaikan Perdana Menteri Israel dalam konferensi pers usai pertemuan kabinet keamanan pada Rabu malam.
“Israel tidak ingin perang tanpa akhir. Kami siap menghentikan operasi militer sepenuhnya dan memulai rekonstruksi Gaza bersama mitra internasional. Tapi hanya jika Hamas dilucuti dari persenjataan dan infrastrukturnya untuk teror,” kata PM Israel.
Menurut pejabat Israel, demiliterisasi yang dimaksud termasuk penyerahan roket, mortir, dan penghentian produksi terowongan serangan. Israel juga menuntut adanya mekanisme internasional untuk memverifikasi kepatuhan Hamas terhadap kesepakatan.
Hamas menanggapi dengan menolak syarat tersebut. Juru bicara sayap politik Hamas di Gaza menegaskan bahwa kelompok itu “tidak akan pernah menyerahkan senjata yang digunakan untuk melawan pendudukan.”
“Senjata kami adalah hak kami untuk membela rakyat Palestina. Mereka bicara tentang demiliterisasi? Itu sama saja meminta kami menyerah,” kata juru bicara Hamas.
Para analis menilai pernyataan Israel ini merupakan sinyal diplomatik untuk menekan mediator seperti Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat agar menekan Hamas. Namun, peluang tercapainya kesepakatan penuh masih kecil tanpa kompromi soal isu senjata.
Di lapangan, situasi tetap tegang. Serangan udara dan artileri Israel pada Rabu malam dilaporkan mengenai beberapa titik di Gaza utara, menewaskan setidaknya lima orang. Sementara itu, roket-roket sporadis dilaporkan ditembakkan ke arah Israel selatan, memicu sirene peringatan di beberapa kota.
PBB dan negara-negara Barat kembali menyerukan penghentian kekerasan segera demi melindungi warga sipil yang menderita akibat perang berbulan-bulan. Utusan PBB untuk Timur Tengah mendesak semua pihak “segera kembali ke meja perundingan tanpa prasyarat yang tidak realistis.”
Pemerintah Mesir dilaporkan tengah menyiapkan proposal gencatan senjata baru yang diharapkan bisa mengakomodasi tuntutan Israel dan Hamas, meski peluang terobosannya masih belum pasti.