Banyuwangi – 4 Juli 2025

PUSATNEWS, Tim gabungan Basarnas dan TNI AL masih melanjutkan operasi pencarian terhadap 29 penumpang yang hilang pasca tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali, Rabu malam (2/7). Dari total 65 orang di dalam kapal, terdiri dari 53 penumpang dan 12 awak, 31 orang berhasil diselamatkan, sementara 4 orang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
Kronologi Kejadian
Kapal dilaporkan bertolak dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali, pada pukul 22.30 WIB. Sekitar pukul 23.35 WIB, kapal mengalami kemiringan hebat akibat dugaan kebocoran di ruang mesin, diperparah dengan tinggi gelombang laut yang mencapai 2,5 meter. Dalam hitungan menit, kapal terbalik dan seluruh penumpang tercebur ke laut.
Beberapa penumpang berhasil menyelamatkan diri menggunakan pelampung dan rakit darurat, sementara lainnya dilaporkan hanyut terbawa arus kuat di tengah malam.
Upaya Pencarian
Kepala Basarnas Bali, I Gede Darmada, mengatakan bahwa operasi SAR melibatkan lebih dari 150 personel gabungan dari Basarnas, TNI AL, Polairud, dan relawan masyarakat pesisir.
“Kami mengerahkan 15 kapal, helikopter, dan drone untuk menyisir area seluas lebih dari 60 mil laut persegi. Fokus utama hari ini adalah pencarian korban yang kemungkinan masih terapung atau terjebak di badan kapal,” ujar Darmada dalam keterangan pers Kamis malam (3/7).
Identifikasi Korban dan Penanganan Keluarga
Empat korban meninggal yang berhasil dievakuasi telah dibawa ke RSUD Blambangan Banyuwangi untuk proses identifikasi lebih lanjut. Sementara 31 penumpang selamat kini dirawat di posko darurat di Pelabuhan Ketapang dan RSUD Negara di Bali.
Pemerintah daerah Banyuwangi dan Jembrana telah membuka posko informasi dan layanan keluarga korban. Kementerian Perhubungan juga menurunkan tim investigasi guna memeriksa kelayakan kapal, izin pelayaran, dan jumlah penumpang yang tercatat dalam manifes.
Investigasi Awal
Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Antoni Arif Priadi, menyebut bahwa berdasarkan catatan terakhir, KMP Tunu Pratama Jaya memiliki sertifikat laik laut yang masih berlaku hingga Agustus 2025.
Namun, investigasi menyeluruh tetap akan dilakukan. Beberapa aspek yang menjadi fokus meliputi:
- Penyebab teknis kebocoran
- Prosedur keselamatan di dalam kapal
- Dugaan kelebihan muatan atau penumpang tak terdaftar
Catatan Keselamatan dan Evaluasi Lanjutan
Tragedi ini menambah daftar panjang insiden kapal penyeberangan di Indonesia, terutama di jalur padat seperti Selat Bali. Pemerintah pusat diminta segera memperketat pengawasan terhadap operator feri, khususnya dalam hal:
- Standar keselamatan,
- Pelatihan kru,
- dan evaluasi kondisi teknis kapal secara berkala.
Hingga berita ini diturunkan, cuaca buruk dan gelombang tinggi masih menjadi tantangan utama dalam operasi pencarian. Seluruh unsur SAR dikerahkan penuh selama 7 hari pencarian sebagaimana prosedur standar dalam kecelakaan laut. Pemerintah mengimbau masyarakat untuk tidak berspekulasi sembari menunggu hasil investigasi resmi.