Jakarta, 1 Juli 2025

PUSATNEWS, Para ilmuwan kelautan dan lembaga konservasi lingkungan menyatakan keprihatinan serius terhadap kejadian pemutihan (bleaching) terumbu karang secara massal yang tengah berlangsung di berbagai wilayah tropis, termasuk perairan Indonesia. Fenomena ini disebut sebagai yang terparah dalam dua dekade terakhir, mengancam keberlanjutan keanekaragaman hayati laut dan sumber ekonomi masyarakat pesisir.
Laporan terbaru dari NOAA Coral Reef Watch dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (BRIN) menunjukkan bahwa suhu laut di sejumlah kawasan, seperti Raja Ampat, Kepulauan Seribu, Wakatobi, dan Laut Banda, telah mengalami peningkatan drastis sejak April hingga Juni 2025, dengan suhu permukaan laut mencapai 2–3°C di atas normal rata-rata.
“Hampir 70 persen dari ekosistem karang dangkal yang kami pantau mengalami bleaching sedang hingga berat. Jika ini berlangsung lebih dari sebulan ke depan, banyak karang tidak akan pulih,” ujar Dr. Agni Prasetya, peneliti ekosistem laut BRIN.
Krisis Global: Terumbu Karang di 54 Negara Terkena Dampak
Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Menurut Global Coral Reef Monitoring Network, kejadian bleaching massal juga telah dilaporkan di Great Barrier Reef (Australia), Laut Karibia, Teluk Persia, hingga perairan Maladewa. Pemutihan massal ini terkait langsung dengan gelombang panas laut global akibat perubahan iklim dan pemanasan global yang terus meningkat.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia dan pusat segitiga karang dunia (Coral Triangle) berisiko besar kehilangan kekayaan lautnya, termasuk potensi pariwisata bahari dan perikanan berkelanjutan. Terumbu karang tidak hanya menjadi rumah bagi jutaan spesies laut, tapi juga sumber mata pencaharian bagi lebih dari 60 juta warga pesisir.
Upaya Penyelamatan Masih Terbatas
Sejumlah program restorasi karang dan penanaman kembali tengah dilakukan oleh LSM dan komunitas lokal, namun para ahli menilai bahwa tindakan ini tidak akan cukup tanpa pengurangan emisi karbon global dan pengendalian eksploitasi laut secara besar-besaran.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan tengah mengevaluasi zona konservasi laut dan mendorong percepatan perluasan marine protected areas (MPA).
“Kami mengajak masyarakat internasional untuk mengambil tindakan iklim nyata. Tidak ada waktu tersisa,” tegas Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono.
Pemutihan massal terumbu karang tahun 2025 bukan sekadar fenomena lingkungan sesaat, tapi menjadi simbol kegagalan kolektif dalam menjaga ekosistem laut dari krisis iklim. Jika tidak ada tindakan drastis, Indonesia dan dunia bisa kehilangan sampai 90 persen terumbu karangnya pada akhir abad ini.