Teheran, 30 Juni 2025

PUSATNEWS, Pemerintah Iran menggelar upacara pemakaman kenegaraan untuk Mayor Jenderal Hassan Mahdavi, komandan senior Garda Revolusi Islam (IRGC), yang tewas dalam serangan udara tak dikenal di wilayah Suriah Timur pada akhir pekan lalu. Jenazah Mahdavi tiba di Teheran pada Minggu malam (29/6) dan disambut upacara militer di Bandara Mehrabad sebelum dibawa ke markas IRGC untuk penghormatan terakhir.
Upacara pemakaman berlangsung di Lapangan Revolusi Teheran pada Senin pagi (30/6), dihadiri ribuan pelayat, termasuk pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Presiden Ebrahim Raisi, serta tokoh-tokoh militer senior. Ribuan anggota milisi Basij dan pasukan IRGC turut serta dalam barisan penghormatan, dengan poster bertuliskan: “Martir Mahdavi: Pahlawan Perlawanan Islam.”
Tewas di Suriah: Iran Tuding Israel
Mayor Jenderal Mahdavi dilaporkan tewas pada Sabtu (28/6) dalam serangan udara presisi terhadap pos komando milisi pro-Iran di Deir ez-Zor, Suriah Timur. Pemerintah Iran secara eksplisit menuding Israel sebagai pihak yang bertanggung jawab, meskipun hingga kini Tel Aviv belum mengeluarkan pernyataan resmi.
“Kami tidak akan diam terhadap kejahatan ini. Darah Mahdavi akan dibalas,” ujar Juru Bicara IRGC, Brigjen Ramazan Sharif.
Mahdavi dikenal sebagai arsitek strategi militer Iran di Suriah dan Lebanon, serta tokoh penting dalam koordinasi pasukan milisi Syiah di kawasan. Kematian tokoh sekelas Mahdavi disebut sebagai pukulan besar terhadap jaringan regional Iran.
Retorika Balas Dendam Meningkat
Dalam pidato pemakaman, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei menyerukan balas dendam atas kematian Mahdavi dan menyebut serangan itu sebagai “aksi pengecut dari musuh Zionis.”
“Martir kami tidak akan dilupakan. Serangan terhadap satu pemimpin kami adalah serangan terhadap seluruh Iran,” ucap Khamenei di hadapan ribuan pelayat.
IRGC dikabarkan telah meningkatkan kesiagaan di perbatasan barat dan memperkuat posisi militernya di Irak dan Suriah. Beberapa analis menyebut situasi ini dapat memicu ketegangan militer lebih luas antara Iran dan Israel, termasuk kemungkinan serangan balasan menggunakan rudal jarak menengah atau drone kamikaze.
Reaksi Internasional: Kekhawatiran Eskalasi
Komunitas internasional mengamati dengan cemas perkembangan terbaru ini. PBB dan Uni Eropa menyerukan agar semua pihak menahan diri dan menghindari eskalasi kekerasan lintas batas. Sementara Amerika Serikat, meskipun menyatakan keprihatinan atas meningkatnya ketegangan, menyalahkan Iran atas “destabilisasi regional yang terus berlangsung.”
“Serangan udara bukan muncul dari kehampaan. Iran harus bertanggung jawab atas kegiatan militernya di luar negeri,” kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS.
Kematian Mayor Jenderal Hassan Mahdavi menjadi momen sensitif dalam konstelasi politik dan militer kawasan Timur Tengah. Bagi Iran, peristiwa ini menjadi simbol pengorbanan dan martir perlawanan, namun bagi banyak pihak, ini adalah isyarat meningkatnya risiko konfrontasi terbuka.
Dengan suasana nasionalis yang menguat dan tuntutan balas dendam dari berbagai kalangan militer dan publik Iran, dunia kini menanti langkah selanjutnya dari Teheran—apakah diplomasi yang ditempuh, atau serangan balasan yang bisa memperluas konflik kawasan.