Klaim Trump PUSATNEWS Mantan Presiden AS Donald Trump menyatakan di platform Truth Social bahwa ia mengetahui lokasi persembunyian Ayatollah Ali Khamenei selama “Perang 12 Hari” antara Iran–Israel (13–25 Juni), dan menghentikan rencana penyerangan terhadapnya. Trump menegaskan: “Saya menyelamatkannya dari kematian yang sangat buruk dan memalukan”
Respons Iran Menlu Iran Abbas Araghchi mengecam keras pernyataan tersebut, menyebutnya “tidak sopan dan tidak dapat diterima.” Ia menegaskan jika Trump benar-benar ingin berdialog, hendaknya menggunakan bahasa yang lebih hormat kepada Khamenei dan para pendukungnya
Ancaman dan Sanksi Trump mengumumkan pembekuan upaya pencabutan sanksi terhadap Iran karena “pernyataan kemarahan dan kebencian” yang disampaikan Khamenei. Ia juga mengancam akan melancarkan serangan lagi jika Iran kembali memperkaya uranium
🧭 Konteks Konflik dan Dampak Diplomatik
Serangan Militer AS dan Israel menarget tiga situs nuklir Iran (Fordow, Natanz, Isfahan) di tengah konflik yang berlangsung 13–25 Juni. Trump mengklaim serangan tersebut “menghancurkan” aset nuklir Iran Namun, intelijen lain menyebut kerusakan nyata hanya tertunda beberapa bulan
Gencatan dan Klaim Kemenangan Setelah gencatan senjata, Khamenei mengklaim Iran “melambungkan pukulan ke muka Amerika,” menunjukkan simbol perlawanan, meskipun sejumlah pihak meragukan klaim kemenangannya
Sinyal Diplomasi yang Tertunda Trump sempat mempertimbangkan sanksi ringan dan pertemuan diplomatik. Namun, klaim Khamenei memblokir langkah tersebut, dan Araghchi menegaskan Iran belum berniat melanjutkan negosiasi nuklir dalam kondisi retorik yang agresif
📌 Kesimpulan & Tren
Konflik bersenjata dan pertarungan retorika antara AS dan Iran sedang memanas kembali.
Klaim menyelebarkan narasi dominasi AS–Israel, namun menimbulkan ketegangan diplomatik signifikan.
Iran menekankan pentingnya saling menghormati jika ingin melanjutkan negosiasi, sementara Trump menyiratkan sanksi baru jika Iran tidak menahan diri.