Teheran – Washington, 29 Juni 2025

PUSATNEWS, Situasi keamanan di kawasan Teluk Persia kembali memanas setelah Iran mengerahkan tambahan kapal militer dan sistem rudal ke sekitar Selat Hormuz, jalur pelayaran strategis yang menjadi rute utama ekspor minyak dunia. Tindakan tersebut memicu respons keras dari Amerika Serikat, yang memperkuat kehadiran angkatan lautnya di wilayah Laut Arab sebagai bentuk “deterrence terhadap ancaman regional.”
Dalam pernyataan resminya pada Jumat malam, Komandan Garda Revolusi Iran (IRGC), Mayor Jenderal Hossein Salami, menyatakan bahwa Teheran “tidak akan ragu mengambil tindakan strategis” jika merasa kedaulatan negaranya terancam oleh kekuatan asing.
“Kami memiliki kendali penuh atas Teluk Persia. Jika perlu, kami akan menghentikan semua lalu lintas maritim yang membahayakan keamanan Iran,” ujar Salami dalam pidato yang disiarkan oleh media pemerintah.
Pernyataan itu dinilai sebagai isyarat bahwa Iran berpotensi menutup akses Selat Hormuz, yang selama ini menjadi jalur penting bagi hampir 20% perdagangan minyak mentah global.
Langkah AS: Kirim Armada dan Sistem Pertahanan Tambahan
Menanggapi pergerakan Iran, Pentagon mengonfirmasi bahwa Amerika Serikat telah mengirimkan kapal induk USS Dwight D. Eisenhower, disertai satuan pengawal kapal perusak dan sistem pertahanan rudal THAAD ke pangkalan militer di Qatar dan Bahrain.
Juru bicara Departemen Pertahanan AS, Letkol Sarah Mitchell, menyatakan bahwa langkah ini bertujuan untuk “menjamin keamanan jalur perdagangan internasional dan melindungi mitra-mitra regional.”
“Kami tidak mencari konflik, namun siap menanggapi segala bentuk provokasi yang mengancam stabilitas kawasan,” katanya dalam jumpa pers di Washington.
Presiden Joe Biden dilaporkan telah menerima laporan harian dari Dewan Keamanan Nasional AS, dan menyerukan koordinasi intensif dengan sekutu NATO serta negara-negara teluk seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Potensi Krisis Energi dan Dampak Global
Ketegangan ini memunculkan kekhawatiran baru di pasar energi internasional. Harga minyak mentah jenis Brent naik lebih dari 4,7% hanya dalam dua hari terakhir, menembus angka US$98 per barel, tertinggi sejak Januari 2024.
Para analis memperingatkan bahwa jika Iran benar-benar menutup atau mengganggu lalu lintas Selat Hormuz, dampaknya bisa menjadi krisis energi global, mengingat sepertiga pasokan energi dunia melewati jalur tersebut.
“Ketidakpastian ini menciptakan tekanan tambahan pada pasar yang sudah terguncang akibat perang Ukraina dan gejolak ekonomi global,” ujar Dr. Helena Brooks, ekonom senior di Energy Institute of London.
Posisi Negara-Negara Teluk dan Reaksi Internasional
Pemerintah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menyatakan keprihatinan atas perkembangan situasi, dan mendesak kedua belah pihak agar menahan diri. Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammed Al-Thani, mengusulkan dimulainya kembali dialog multilateral yang sempat tertunda sejak awal 2023.
Di sisi lain, Rusia dan China—yang dikenal sebagai sekutu dekat Iran—menyatakan bahwa “kedaulatan Iran harus dihormati,” namun menyerukan penyelesaian damai melalui jalur diplomasi.
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyampaikan peringatan keras terhadap eskalasi militer di Teluk Persia, dan menawarkan dukungan PBB untuk fasilitasi diplomasi darurat
Ketegangan terbaru antara Iran dan Amerika Serikat menambah daftar panjang krisis geopolitik yang berpotensi mengguncang stabilitas global. Di tengah ketidakpastian ekonomi dan ancaman gangguan pasokan energi, dunia kini menanti apakah diplomasi dapat menahan laju konfrontasi bersenjata.
Langkah selanjutnya dari Teheran dan Washington akan menjadi penentu utama arah konflik, yang tidak hanya berdampak pada kawasan Timur Tengah, tetapi juga pada pasar energi, keamanan global, dan tatanan politik internasional secara keseluruhan.