Moskow, 29 Juni 2025

PUSATNEWS, Presiden Rusia Vladimir Putin kembali menegaskan sikap keras negaranya dalam konflik bersenjata yang masih berlangsung di Ukraina. Dalam pidato kenegaraan yang disampaikan di hadapan Dewan Federasi Rusia, Putin menolak seruan internasional untuk melakukan gencatan senjata sepihak dan menyatakan bahwa operasi militer khusus Rusia akan terus berlanjut hingga semua “tujuan strategis” tercapai.
Pernyataan tersebut muncul di tengah meningkatnya tekanan internasional terhadap Moskow, menyusul laporan eskalasi serangan rudal dan drone ke wilayah Ukraina bagian barat dan tenggara dalam dua pekan terakhir. Di saat yang sama, Ukraina, dengan dukungan dari negara-negara Barat, meluncurkan serangan balik besar-besaran di wilayah Kherson dan Donetsk.
Retorika Nasionalis Menguat
Dalam pidatonya, Putin mengulang kembali narasi bahwa Rusia sedang berjuang “melawan ekspansi NATO” dan mempertahankan integritas nasional dari “pengaruh eksternal yang berbahaya.”
“Kami tidak akan menyerah pada tekanan politik atau ekonomi dari siapa pun. Kami bertindak demi kepentingan sejarah dan kedaulatan Rusia,” ujar Putin.
Ia juga menyebut bahwa operasi militer Rusia di Ukraina “bertujuan membebaskan wilayah bersejarah Rusia dari rezim yang didukung Barat,” merujuk pada pemerintahan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy yang secara konsisten mendapat dukungan militer dari NATO dan Uni Eropa.
Reaksi Internasional
Pernyataan tersebut menuai respons keras dari komunitas internasional. Juru bicara Gedung Putih, Emily Carson, menyebut retorika Putin “memperpanjang penderitaan warga sipil dan memperumit upaya perdamaian yang tengah digalang oleh PBB.”
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Annalena Baerbock mengeluarkan pernyataan bersama, mendesak Moskow untuk kembali ke meja perundingan dan menghormati prinsip-prinsip kedaulatan Ukraina.
“Tanpa deeskalasi dari pihak Rusia, risiko konflik regional yang lebih luas akan terus meningkat,” bunyi pernyataan bersama tersebut.
Kondisi Terkini di Ukraina
Di medan tempur, situasi masih sangat dinamis. Militer Ukraina melaporkan adanya peningkatan serangan udara Rusia di wilayah Kharkiv dan Zaporizhzhia, sementara pasukan Ukraina terus memperkuat pertahanan di sekitar Odesa dan Dnipro.
Menurut laporan dari Layanan Keamanan Ukraina (SBU), lebih dari 150 drone tempur telah digunakan Rusia dalam satu pekan terakhir, sebagian besar diluncurkan dari wilayah Krimea. Di sisi lain, Ukraina dikabarkan berhasil menghantam pangkalan logistik militer Rusia di dekat Rostov melalui serangan jarak jauh.
Perspektif Analis
Pakar hubungan internasional dari King’s College London, Prof. Elena Smirnova, menilai bahwa pernyataan Putin kali ini menunjukkan sikap bahwa Rusia tidak mencari kompromi jangka pendek, melainkan penyelesaian militer yang menguntungkan secara geopolitik.
“Putin tengah mengkonsolidasikan dukungan domestik dengan meningkatkan retorika nasionalis, sambil menunjukkan kepada dunia bahwa Rusia siap menghadapi konfrontasi jangka panjang,” ujar Smirnova.
Pernyataan terbaru Presiden Putin mempertegas bahwa konflik Ukraina masih jauh dari kata selesai. Di tengah seruan internasional untuk meredakan ketegangan, Moskow justru memilih memperkuat posisi militernya dan menutup peluang diplomasi dalam waktu dekat.
Dengan tidak adanya kemajuan berarti dalam perundingan damai dan meningkatnya korban sipil di kedua belah pihak, masa depan konflik Rusia-Ukraina kini bergantung pada keputusan strategis yang akan diambil oleh para pemimpin dunia dalam beberapa bulan ke depan.