

PUSATBERITA , Kol goreng kerap menjadi pelengkap dalam hidangan kaki lima, seperti pecel lele atau ayam penyet. Ini disebut-sebut sebagai “cara baru” makan kol. Pada dasarnya, potongan atau irisan kol digoreng dalam minyak dalam jumlah banyak.
Namun, di balik kelezatannya, muncul kekhawatiran akan risiko kesehatan dari mengonsumsi kol goreng, salah satunya memicu kanker. Kekhawatiran ini makin relevan mengingat pola makan banyak orang yang gemar menyantap sayuran dalam bentuk goreng, bukan direbus, dikukus, atau lalapan. Berikut penjelasan dari Dr. Zuraidah Nasution, STP., M.Sc, dosen Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB University mengenai kol goreng.
Hilangnya vitamin dan mineral
Kol atau kubis merupakan sayuran yang kaya akan nutrisi dan memiliki berbagai manfaat kesehatan karena tinggi antioksidan, mendukung kesehatan pencernaan, baik untuk kesehatan jantung, berpotensi mencegah kanker, menunjang kekebalan tubuh, dan mendukung diet rendah kalori.
Namun, jika digoreng, maka akan terjadi proses penguapan kandungan air yang ada di sayuran, termasuk kol. Terdapat rongga kosong yang nantinya akan diisi oleh minyak goreng.
“Saat kita mengonsumsi sayuran yang digoreng, terutama metode deep fry, berarti kita juga tanpa sadar menambah asupan lemak karena air yang ada di dalam sayuran teruapkan oleh suhu tinggi yang digunakan untuk menggoreng. Kemudian lemak atau minyak goreng yang digunakan terserap ke dalam sayuran,” ujar Dr. Zuraidah, yang dikutip dari channel YouTube IPB TV.
Jadi, artinya kamu makan sayur plus minyak goreng, yang berarti menambah asupan kalori. Pada saat yang sama, beberapa zat gizi mikro yang sifatnya sensitif terhadap suhu panas yang tinggi akan mengalami kerusakan, misalnya vitamin yang larut air dalam sayuran.
Kol goreng bisa menyebabkan kanker?
Selain itu, saat minyak goreng terpapar dengan suhu yang tinggi kala melakukan deep frying, dapat terjadi proses oksidasi lemak.
“Sayangnya, selain menghasilkan cita rasa goreng yang enak dari oksidasi lemak, proses ini juga menghasilkan beberapa senyawa yang sifatnya karsinogenik. Jika ini dijadikan kebiasaan, maka ada kemungkinan kita menumpuk atau meningkatkan risiko yang terkait dengan kanker untuk jangka waktu yang lama,” tambah Dr. Zuraidah.
Jaga tekstur tetap renyah
Banyak orang suka makan kol goreng karena bisa menghasilkan tekstur crunchy atau renyah. Faktanya, tekstur tersebut sudah terdapat pada sayur.
Jika ingin mendapatkan tekstur renyah dari sayur yang dimasak, kamu bisa menggunakan prinsip pemaparan panas yang minimal dan penggunaan air tidak berlebih agar tekstur crunchy dan kandungan vitamin serta mineral dalam sayur tetap terjaga.