
Jakarta – Para astronom menemukan sebuah gelembung nyaris sempurna di kegelapan antariksa baru-baru ini. Objek yang mengambang di angkasa tersebut diberi nama Teleios, berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti “kesempurnaan”.
Melansir laman Science Alert pada Selasa (20/05/2025), Teleios kemungkinan besar merupakan sisa-sisa dari ledakan bintang yang disebut supernova. Ketika sebuah bintang mencapai akhir hidupnya, ia bisa meledak dengan kekuatan luar biasa, menyebarkan material seperti gas dan debu ke seluruh penjuru ruang.
Proses ini menciptakan struktur indah sekaligus penuh misteri yang dikenal sebagai sisa supernova (supernova remnant). Dalam kasus Teleios, para ilmuwan menduga ia berasal dari supernova Tipe Ia.
Supernova jenis ini adalah jenis supernova yang terjadi ketika sebuah bintang katai putih (white dwarf), sisa dari bintang bermassa rendah, menyedot terlalu banyak materi dari bintang pasangannya dalam sistem bintang ganda. Ketika massa bintang katai putih melebihi batas stabilitasnya atau yang dikenal sebagai Batas Chandrasekhar, ia meledak dalam peristiwa yang sangat energik dan seragam.
Menariknya, Teleios menonjol adalah bentuknya yang hampir bulat sempurna—fenomena langka dalam dunia astronomi. Kebanyakan sisa supernova cenderung berbentuk tidak teratur karena ketidakseimbangan saat ledakan terjadi, adanya gas atau debu di sekitarnya, serta interaksi dengan medan magnet atau gelombang kejut lainnya.
Namun, Teleios terlihat sangat simetris dan halus, seperti bola gas yang mengembang secara merata ke segala arah. Para ilmuwan menduga hal ini hanya bisa terjadi jika ledakan supernova terjadi di lingkungan yang sangat bersih dan kosong dari materi lain.
Jarang Ditemukan
Fenomena ini sebuah kondisi yang jarang ditemukan di galaksi kita, Bima Sakti. Meski tampak indah, Teleios menyimpan banyak misteri.
Salah satu tantangan utama adalah menentukan jaraknya secara akurat dari bumi. Tanpa data pasti mengenai jarak, para ilmuwan kesulitan menentukan ukuran fisiknya dan usianya.
Dalam analisis yang dilakukan oleh tim astronom internasional, terdapat dua kemungkinan skenario. Pertama, jika Teleios berada pada jarak sekitar 7.175 tahun cahaya, maka diameter gelembung gasnya adalah sekitar 46 tahun cahaya dan usianya diperkirakan kurang dari 1.000 tahun.
Namun jika jaraknya lebih jauh, sekitar 25.114 tahun cahaya, maka diameternya membesar menjadi sekitar 157 tahun cahaya dan usianya bisa mencapai lebih dari 10.000 tahun. Perbedaan ini sangat signifikan karena usia dan ukuran sisa supernova sangat penting untuk memahami sifat ledakan dan evolusi selanjutnya.
Selain itu, Teleios tidak menunjukkan adanya jejak sinar-X. Padahal supernova Tipe Ia umumnya memancarkan sinar-X yang bisa dideteksi oleh teleskop luar angkasa seperti Chandra atau XMM-Newton.
Ketiadaan radiasi sinar-X ini membuat Teleios semakin misterius dan menantang teori ilmiah yang ada. Beberapa astronom berhipotesis bahwa Teleios mungkin sudah terlalu tua sehingga semua energinya telah meredup, atau ledakannya memang terjadi dalam kondisi yang sangat unik, hingga tidak menghasilkan sisa radiasi seperti biasanya.
Penemuan ini tidak hanya memikat para peneliti, tetapi juga mendorong perlunya revisi terhadap model-model supernova Tipe Ia yang selama ini dianggap mapan. Penemuan Teleios menjadi pengingat bahwa alam semesta masih menyimpan banyak rahasia yang belum terungkap.
Gelembung gas kosmis nan simetris ini bisa menjadi kunci untuk memahami lebih dalam tentang kehidupan dan kematian bintang, serta kondisi ekstrem di ruang antarbintang.