
Jakarta – National Aeronautics and Space Administration (NASA) berhasil memperbaiki wahana antariksa paling jauh, Voyager 1. NASA berhasil menghidupkan kembali mesin pendorong Voyager 1, setelah wahana antariksa itu mengalami gangguan komunikasi.
Melansir laman Live Science ada Senin (19/05/2025), sebagai dampak dari perbaikan antena di Bumi yang digunakan untuk mengirim perintah ke Voyager 1, jeda komunikasi mungkin terjadi, terutama ketika wahana tersebut mengalami masalah serius pada mesin pendorongnya. Perbaikan terbaru pada sistem pendorong ini diharapkan dapat membantu menjaga Voyager 1 tetap beroperasi hingga dapat kembali menjalin kontak dengan bumi pada tahun depan.
Voyager 1 menggunakan lebih dari satu set mesin pendorong agar berfungsi dengan baik. Pendorong utama mengarahkan wahana antariksa agar antena tetap mengarah ke bumi.
Hal ini memastikan bahwa wahana tersebut dapat mengirim kembali data yang dikumpulkannya dari sudut pandangnya yang kini berada 25,5 miliar kilometer dari bumi. Di dalam perangkat utama terdapat mesin pendorong tambahan yang mengendalikan putaran wahana, perangkat tersebut memungkinkan Voyager 1 tetap mengarah ke bintang pemandu agar bisa tetap berorientasi di ruang angkasa.
Jika Voyager 1 tidak bisa mengendalikan gerakan berputarnya, maka misi bisa terancam. Meski begitu, ketika pendorong ditembakkan, sejumlah kecil residu propelan akan menumpuk seiring berjalannya waktu.
Sejauh ini, para insinyur NASA berhasil menghindari penyumbatan dengan memerintahkan Voyager 1 untuk melakukan siklus antara pendorong asli dan pendorong cadangan untuk orientasi. Tak anya itu, ada satu set pendorong yang digunakan untuk mengubah lintasan wahana saat terbang lintas planet pada 1980-an.
Akan tetapi, pendorong lintasan tidak melakukan apa pun untuk berkontribusi pada putaran pesawat ruang angkasa. Pendorong utama Voyager 1 berhenti bekerja lebih dari dua dekade yang lalu setelah dua pemanas internal mati.
Hal ini menyebabkan wahana antariksa tersebut hanya mengandalkan pendorong cadangan untuk tetap mengarah ke bintang pemandu sejak saat itu. Saat ini, para insinyur Voyager 1 khawatir penyumbatan akibat residu dapat menyebabkan pendorong gulung cadangan pesawat ruang angkasa ini berhenti bekerja dalam waktu dekat.
Ambil Risiko

Oleh karena itu, para insinyur NASA harus berani mengambil risiko, untuk menghidupkan kembali pendorong utama yang sudah lama tidak berfungsi. Ketika pemanas pada pendorong utama rusak pada 2004, para insinyur mengira bahwa hal itu tidak dapat diperbaiki.
Namun dengan ancaman penyumbatan yang membayangi, tim kembali ke melihat apa yang salah. Para insinyur mempertimbangkan kemungkinan bahwa gangguan pada sirkuit yang mengendalikan catu daya ke pemanas membalik sakelar ke posisi yang salah, dan membaliknya ke posisi semula dapat menghidupkan kembali pemanas, dan pada gilirannya, pendorong utama.
Dikutip dari laman NASA pada Senin (19/05/2025), Voyager 1 diluncurkan pada 1977 bersama kembarannya, Voyager 2. Awalnya misi mereka hanya dirancang untuk berlangsung selama empat tahun, dengan tujuan mempelajari planet-planet besar seperti Jupiter dan Saturnus.
Namun setelah lebih dari 47 tahun, kedua wahana ini masih aktif dan kini menjelajahi ruang antar bintang. Voyager jauh melampaui batas heliosfer yakni gelembung medan magnet dan partikel yang mengelilingi tata surya.
Voyager 1 dan 2 mendapatkan daya dari panas yang dihasilkan oleh peluruhan plutonium yang diubah menjadi listrik. Setiap tahun, daya yang dihasilkan menurun sekitar 4 watt atau setara dengan daya sebuah lampu hemat energi kecil.
Sejak lima tahun terakhir, tim Voyager mulai mematikan sistem yang dianggap tidak esensial untuk menghemat daya. Salah satunya adalah pemanas yang dirancang untuk menjaga suhu optimal instrumen ilmiah.
Menariknya, meskipun suhunya jauh di bawah batas yang diuji, instrumen-instrumen Voyager tetap berfungsi dengan baik.