
Jakarta – Planet Mars telah menjadi salah satu objek penelitian para ilmuwan selama beberapa dekade. Planet Merah ini merupakan kandidat utama pencarian kehidupan di luar bumi.
Selain itu, jarak Mars dan bumi dinilai cukup dekat yakni 33,9 juta mil. Selama bertahun-tahun penelitian, para ilmuwan menemukan banyak hal menarik di permukaan Mars.
Para ilmuwan berhasil menemukan jejak kehidupan purba, bukti adanya aktivitas atmosfer di masa lalu, hingga penemuan geologis seperti unsur sulfur, mineral karbonat, dan pengendapan unik di permukaannya. Tak hanya itu, ada satu lagi pencapaian luar biasa tercatat dalam eksplorasi Mars.
Berkat penyelarasan cuaca luar angkasa yang langka, perseverance rover atau robot penjelajah NASA berhasil mengabadikan cahaya hijau (aurora) yang memukau di atas kawah Jezero di Mars. Fenomena ini terjadi pada 22 Maret 2024, hanya beberapa hari setelah Mars dihantam badai matahari.
Dikutip dari laman NASA pada Senin (19/05/2025), aurora di Mars dipicu oleh badai matahari besar yang terjadi pada 15 Maret 2024, menjelang puncak siklus aktivitas matahari. Saat itu, matahari memancarkan semburan besar dan lontaran massa koronal (CME), yakni ledakan gas dan energi magnetik yang membawa banyak partikel bermuatan tinggi.
Ledakan ini menyebar ke seluruh tata surya dan menimbulkan aurora di berbagai planet, termasuk Mars. Perseverance yang tengah berada di Kawah Jezero, berhasil menangkap cahaya aurora tersebut langsung dari permukaan Mars untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Di Bumi, aurora terbentuk ketika partikel matahari berinteraksi dengan medan magnet planet, yang mengarahkannya ke kutub dan membuatnya dipicu dengan gas-gas di atmosfer sehingga menghasilkan pancaran cahaya. Warna hijau yang sering terlihat disebabkan oleh atom oksigen yang tereksitasi dan memancarkan cahaya pada panjang gelombang 557,7 nanometer.
Para ilmuwan telah menduga bahwa aurora serupa juga dapat terjadi di Mars bertahun-tahun lalu. Meskipun, diperkirakan aurora Mars akan jauh lebih redup dan sulit diamati dibandingkan dengan aurora di Bumi.
Hal ini disebabkan Mars tidak memiliki medan magnet global, sehingga aurora di sana terbentuk dengan cara yang berbeda. Salah satu jenis yang telah ditemukan adalah aurora partikel energi surya (SEP) yang pertama kali diidentifikasi oleh misi (Mars Atmosphere and Volatile EvolutioN) MAVEN NASA pada 2014.
Berdetak Tinggi
Aurora muncul saat partikel berdetak tinggi dari matahari menabrak atmosfer Mars dan memicu pancaran cahaya di langit malam. Meskipun misi MAVEN milik NASA telah berhasil mendeteksi aurora SEP (Solar Energetic Particles) dalam cahaya ultraviolet dari orbit Mars, fenomena ini belum pernah diamati secara langsung dalam cahaya tampak dari permukaan planet tersebut.
Sebab, aurora SEP umumnya terjadi menjelang puncak siklus aktivitas matahari. Melansir laman Live Science, Senin (19/05/2025), banyak pihak selama ini menganggap aurora mustahil muncul di Mars karena atmosfernya yang sangat tipis dan tersebar, serta ketiadaan medan magnet global yang kuat.
Tanpa perlindungan medan magnet, angin dan badai matahari di masa lalu telah mengikis sebagian besar atmosfer Mars. Namun, gambar terbaru menunjukkan bahwa masih ada cukup gas di atmosfer Mars untuk menghasilkan cahaya aurora yang berwarna-warni.
Namun, diketahui bahwa cahaya hijau aurora berasal dari molekul oksigen yang terurai. Molekul oksigen tersebut hanya terdiri sekitar 0,13 persen dari atmosfer Mars yang tipis.
Rendahnya kandungan oksigen tersebut dan banyaknya debu di udara, membuat aurora terlihat sangat redup dan nyaris tak tampak dalam foto. Cahaya aurora begitu redup sehingga baru terlihat jelas setelah cahaya terang dari Phobos, bulan terbesar Mars, disingkirkan dari gambar.
Itulah mengapa foto aurora yang berhasil ditangkap tampak terbagi menjadi dua bagian. Aurora yang sangat redup seperti ini tidak mungkin terlihat langsung oleh mata manusia.
Namun, para peneliti meyakini bahwa jika paparan partikel matahari meningkat dan debu atmosfer Mars berkurang, fenomena tersebut suatu hari nanti bisa terlihat tanpa bantuan alat.