
Pada 29 Januari 2024, Hind Rajab bersama keluarganya mencoba melarikan diri dari pertempuran di kawasan Tel al-Hawa, Kota Gaza. Mereka menaiki sebuah mobil yang kemudian menjadi sasaran tembakan dari tank militer Israel. Serangan tersebut menewaskan enam anggota keluarganya di tempat, sementara Hind dan sepupunya, Layan Hamadeh, selamat dan berhasil menghubungi layanan darurat.
Dalam panggilan telepon yang berlangsung selama tiga jam, Hind memohon bantuan sambil menyatakan ketakutannya. Sayangnya, upaya penyelamatan oleh tim medis Bulan Sabit Merah Palestina juga berakhir tragis, dengan ambulans mereka diserang dan dua petugas medis tewas.
Setelah 12 hari pencarian, pada 10 Februari 2024, jenazah Hind ditemukan bersama keluarganya di dalam mobil yang hancur. Investigasi mengungkap bahwa kendaraan tersebut dihujani 335 peluru, sebagian besar dari sisi kanan, menunjukkan kemungkinan besar serangan dilakukan dari jarak dekat oleh tank Israel.
Organisasi hak asasi manusia, termasuk Hind Rajab Foundation, mengidentifikasi Letnan Kolonel Benny Aharon, komandan Brigade Lapis Baja ke-401 milik militer Israel, sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. Bukti digital dan data militer digunakan untuk mendukung klaim ini.
Meskipun militer Israel awalnya menyatakan tidak ada pasukan mereka di area tersebut, investigasi independen oleh berbagai media dan organisasi hak asasi manusia menunjukkan kehadiran tank-tank Israel di lokasi kejadian
Tragedi ini memicu kecaman global dan menjadi simbol penderitaan anak-anak dalam konflik bersenjata. Di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, mahasiswa dan aktivis mengadakan aksi solidaritas, seperti penamaan ulang gedung di Columbia University menjadi “Hind’s Hall” sebagai bentuk penghormatan.
Kisah Hind Rajab menggambarkan dampak tragis dari konflik bersenjata terhadap warga sipil, khususnya anak-anak. Semoga tragedi ini menjadi pengingat akan pentingnya perlindungan terhadap mereka yang paling rentan dalam situasi konflik.