

PUSATBERITA – Timing belt atau timing chain yang biasanya terbuat dari karet bergerigi, memiliki fungsi yang krusial di mesin mobil. Komponen tersebut berguna untuk menyelaraskan gerakan antara poros engkol (crankshaft) dan poros nok (camshaft).
Fungsi utama timing belt ialah untuk mengatur waktu kerja mesin dengan cara menggerakkan camshaft, sehingga katup mesin (intake dan exhaust) dapat membuka dan menutup pada waktu yang tepat. Hal itu sangat penting untuk memastikan proses pembakaran di dalam mesin berjalan dengan efisien.
1. Perawatan timing belt
Mengutip dari beberapa sumber, meskipun timing belt tidak memerlukan pelumasan, namun bagian tersebut dapat dilumasi untuk membuat sistem perputaran noken as dan crankshaft bergerak secara halus.
Pelumasannya juga enggak sembarangan, gunakan produk cairan khusus untuk pelumasan tersebut yang sudah banyak tersedia di pasaran.
Selain pelumasan, sebaiknya lakukan juga pemeriksaan terhadap komponen-komponen lain yang berhubungan dengan timing belt untuk memastikan kondisinya selalu baik.
2. Ciri fisik timing belt rusak
Timing belt yang sudah mengalami keausan dapat terlihat dari fisiknya. Di antaranya:
- Timing belt terasa getas saat dipegang
- Timing belt mulai kendur
- Timing belt terlihat tipis
- Adanya retakan pada permukaan belakang timing belt
- Gerigi timing belt sudah aus dan hilang di beberapa bagian
3. Tanda kerusakan timing belt
Selain secara fisik, ada beberapa ciri keausan timing belt yang dapat dirasakan oleh pengemudi mobil.
Umumnya, timing belt biasa diganti tiap kelipatan 50 ribu hingga 80 ribu kilometer. Penggantian timing belt sebaiknya dilakukan berbarengan dengan tensionernya.
Ciri paling mudah ditemui ialah suara mesin yang tidak normal, karena timing belt dan komponen pendukungnya sudah aus. Kemudian ciri lainnya ada oli yang bocor, hingga yang paling parah mesin mobil sampai mati total alias mogok