
PUSATNEWS, Jakarta – Wakil Pimpinan Komisi I DPR RI Dave Laksono menegaskan kalau program pembinaan siswa di barak Tentara Nasional Indonesia(TNI) tidaklah perkara sepanjang dicoba cocok kurikulum serta tidak melanggar ketentuan, tercantum membenarkan tidak terdapat aplikasi kekerasan dalam penerapannya.
Wakil rakyat yang membidangi pertahanan itu menekankan kalau program tersebut bisa jadi bagian dari pembelajaran kepribadian serta ketertiban yang diperlukan generasi muda.
” Itu kan terdapat aturannya, sepanjang masih cocok dengan kurikulum serta melindungi fungsi- fungsi utama pembelajaran tanpa tumpang tindih, ya itu tidak terdapat permasalahan,” kata Dave dikala ditemui awak media di kawasan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu( 7/ 5) malam.
Dia pula menepis kekhawatiran hendak terdapatnya kekerasan dalam pelatihan. Bagi ia, Tentara Nasional Indonesia(TNI) mempunyai kapasitas buat mendidik bermacam golongan tanpa memakai pendekatan kekerasan.
Baca Juga
Pakistan tembak jatuh 5 jet tempur India
” Tentara Nasional Indonesia(TNI) itu telah mempunyai keahlian buat melatih bermacam berbagai orang. Jadi tidak senantiasa dengan kekerasan. Disiplin itu bukan berarti wajib langsung dikumpulin serta digebukin. Disiplin itu dapat dengan metode yang tegas serta pas,” ucapnya.
Program ini dinilai dapat jadi bagian dari proses pendewasaan siswa sepanjang prinsip- prinsip keterbukaan serta akuntabilitas senantiasa dilindungi. Dave menegaskan kalau pengawasan senantiasa berarti buat membenarkan program ini berjalan sebagaimana mestinya.
Komisi I DPR RI hendak terus memantau program- program yang mengaitkan institusi militer, paling utama bila menyasar kelompok rentan semacam pelajar, guna membenarkan tidak terjalin penyimpangan guna serta pelanggaran hak- hak siswa.
Lebih dahulu, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menggulirkan rencana buat” menyekolahkan” siswa bermasalah di provinsi tersebut supaya dididik di barak militer yang diterapkan mulai 2 Mei 2025.
Baca Juga
Bos Buzzer Diduga Terima Rp 864,5 Juta untuk Hambat Penanganan Kasus di Kejagung
Pelajar bermasalah yang dikirim ke markas Tentara Nasional Indonesia(TNI) di antara lain merupakan pelajar yang diprediksi ikut serta tawuran, merokok, sampai menyalahgunakan narkoba. Mereka dikirimkan atas izin orang tua serta hendak menempuh pembelajaran sangat kilat 2 minggu sampai 6 bulan.
Dikala meninjau penerapan program tersebut di Purwakarta, Sabtu( 3/ 5), Dedi menyebut pembinaan kepribadian terhadap pelajar di Markas Tentara Nasional Indonesia(TNI) Resimen Armed 1/ Sthira Yudha/ 1 Kostrad Kabupaten Purwakarta berakibat positif pada kenaikan ketertiban pelajar.
” Program ini( pembinaan kepribadian pelajar di markas Tentara Nasional Indonesia(TNI)) membagikan akibat positif pada kenaikan ketertiban pelajar,” ucap Dedi.
Ia menyebut program ketertiban ini sudah diiringi oleh pelajar dari bermacam kabupaten serta kota di Jawa Barat. Ke depan, kata ia, program hendak diperluas sampai ke jenjang SLTA, tercantum golongan anak muda yang sudah teridentifikasi melaksanakan pelanggaran ketertiban.