
PUSATNEWS Wamena, 4 Mei 2025 — Tradisi Bakar Batu, salah satu warisan budaya paling sakral di Papua, kembali digelar oleh masyarakat adat di Kabupaten Jayawijaya dalam rangka memperingati momen rekonsiliasi dan mempererat tali silaturahmi antarsuku di wilayah Pegunungan Tengah Papua.
Kegiatan yang dilaksanakan pada Jumat (2/5) ini dihadiri oleh ratusan warga dari berbagai latar belakang, tokoh adat, tokoh agama, serta perwakilan pemerintah daerah. Dalam tradisi ini, batu-batu besar dibakar hingga membara, lalu digunakan untuk memasak daging, ubi, sayuran, dan berbagai hasil kebun secara bersama-sama dalam sebuah upacara adat yang penuh makna.
Ketua Dewan Adat Lani, Yustus Wenda, menjelaskan bahwa Bakar Batu bukan sekadar pesta rakyat, melainkan simbol persatuan, penghormatan, dan penyelesaian konflik secara damai.
“Tradisi ini sudah ada sejak leluhur kami. Lewat Bakar Batu, kami menandai akhir dari perselisihan, membangun kepercayaan, dan menjaga kedamaian di antara suku-suku,” ujar Yustus dalam sambutannya.
Pada kesempatan tersebut, beberapa tokoh adat yang sebelumnya berselisih turut hadir dan secara simbolis saling memberi pelukan serta bertukar barang sebagai tanda berdamai. Prosesi ini disambut dengan sorak sorai masyarakat dan isak haru sejumlah peserta.
Perwakilan Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan, Maria Telenggen, yang turut hadir dalam acara ini menyampaikan apresiasinya terhadap pelestarian budaya yang berorientasi pada perdamaian.
“Ini menjadi bukti bahwa kearifan lokal Papua mampu menjadi solusi dalam membangun harmoni. Pemerintah akan terus mendukung tradisi-tradisi seperti ini agar tetap hidup dan relevan dalam kehidupan masyarakat modern,” kata Maria.
Tak hanya bermuatan adat, acara Bakar Batu juga dijadikan ajang silaturahmi lintas agama dan suku. Perwakilan umat Kristen, Islam, dan Katolik terlihat duduk bersama, menikmati hidangan hasil bakar batu dengan suasana akrab.
Acara ditutup dengan tarian tradisional dan nyanyian bersama, menciptakan suasana hangat yang mencerminkan semangat kebersamaan masyarakat Papua.
Salah satu peserta muda, Daniel Tabuni (21), mengaku bangga bisa terlibat dalam kegiatan ini.
“Saya belajar bahwa perdamaian bukan hanya kata-kata. Lewat tradisi ini, kami bisa benar-benar merasakan arti persaudaraan,” ujarnya.
Tradisi Bakar Batu telah diakui sebagai salah satu warisan budaya tak benda Indonesia. Masyarakat adat berharap generasi muda dapat terus melestarikannya, tidak hanya sebagai simbol budaya, tetapi juga sebagai jembatan menuju masa depan Papua yang damai dan bersatu.