
PUSATOTO , Sebuah mobil listrik Xiaomi SU7 mengalami kecelakaan di jalan tol Anhui, Tiongkok, pada Sabtu (29/3/2025), yang merenggut tiga nyawa. Insiden ini kembali memicu sorotan terhadap teknologi bantuan pengemudi yang semakin marak di industri otomotif.
Atas kejadian ini, reputasi Xiaomi di industri EV (electric vehicle) atau kendaraan listrik pun ikut terdampak. Pasar saham pun bereaksi negatif. Saham Xiaomi sempat longsor hingga 6,3 persen dalam perdagangan di Hong Kong sebelum akhirnya ditutup melemah 5,5 persen. Sejak Xiaomi menggalang dana sekitar 5,5 miliar dolar AS lewat penjualan saham pekan lalu, nilainya sudah terkoreksi hampir 18 persen.
1. Xiaomi serahkan data, polisi dalami investigasi
Polisi langsung bergerak ke lokasi kejadian untuk mengusut penyebab kecelakaan. Dalam unggahan di Weibo, Xiaomi mengonfirmasi bahwa mereka telah menyerahkan data kendaraan kepada pihak berwenang pada Senin (31/3/2025).
Tak lama setelah kecelakaan terjadi, Xiaomi membentuk tim khusus dan mengirimkan perwakilan ke lokasi pada Minggu (30/3/2025). CEO Xiaomi, Lei Jun, menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban serta menekankan komitmen perusahaan dalam bekerja sama dengan kepolisian.
“Karena kecelakaan ini masih dalam penyelidikan, kami belum dapat mengakses kendaraan yang terlibat. Banyak pertanyaan yang belum bisa dijawab saat ini,” tulis Lei di Weibo, dikutip dari Business Times, Rabu (2/4/2025).
2. Fitur bantuan pengemudi dan kronologi kecelakaan
Laporan awal Xiaomi mengungkapkan bahwa fitur bantuan pengemudi aktif kurang dari 20 menit sebelum kecelakaan. Sistem sempat mengeluarkan peringatan karena pengemudi tidak memegang kemudi. Beberapa detik setelah peringatan kedua muncul terkait rintangan di jalan, pengemudi kembali mengambil kendali, tetapi mobil justru menghantam pembatas beton.
Benturan keras memicu kebakaran hebat yang melahap hampir seluruh bagian kendaraan. Hanya beberapa komponen, seperti rangka baja, yang tersisa setelah kobaran api padam. Media lokal menyebut bahwa insiden ini menambah kekhawatiran terhadap teknologi bantuan mengemudi yang berisiko memberikan rasa aman semu kepada penggunanya.
3. Dampak pada Xiaomi dan industri EV Tiongkok
Kecelakaan ini bisa menjadi pukulan telak bagi ambisi Xiaomi di industri EV. Baru bulan lalu, perusahaan menaikkan target penjualan 2025 menjadi 350 ribu unit.
“Investor mungkin khawatir tentang daya saing Xiaomi dan prospek pertumbuhannya setelah laporan kecelakaan mobil,” ujar Shen Meng, Direktur Bank Investasi Chanson & Co yang berbasis di Beijing, dikutip dari Hindustan Times, Rabu (2/4). Ia juga menambahkan bahwa penyelesaian penjualan saham Xiaomi turut membebani sentimen pasar.
Xiaomi sendiri menekankan bahwa sistem bantuan pengemudi mereka bukanlah teknologi mengemudi otomatis sepenuhnya. Dalam materi pemasarannya, perusahaan mengingatkan bahwa fitur Navigate on Autopilot tetap mengharuskan pengemudi waspada terhadap kondisi lalu lintas. Di Tiongkok, aturan tetap mewajibkan pengemudi untuk terus memegang kemudi, meskipun fitur bantuan telah diaktifkan.
Sementara itu, raksasa baterai kendaraan listrik dunia, Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL), memastikan bahwa mobil Xiaomi yang mengalami kecelakaan tidak menggunakan baterai buatan mereka. Pesaingnya, BYD, menyebut bahwa mereka hanya menyediakan sel baterai, sedangkan desain paket baterai sepenuhnya menjadi tanggung jawab Xiaomi.
Insiden ini menambah daftar panjang kecelakaan yang melibatkan teknologi bantuan mengemudi. Tesla sebelumnya telah menghadapi berbagai penyelidikan di Amerika Serikat setelah beberapa kendaraannya mengalami kecelakaan fatal saat menggunakan sistem otomasi parsialnya. Di Tiongkok, sejumlah pabrikan EV, termasuk Nio, juga sempat tersandung kasus kebakaran kendaraan mereka.
Dengan penyelidikan yang masih berlangsung, sorotan kini tertuju pada bagaimana Xiaomi menangani dampak dari insiden ini sekaligus menjaga kepercayaan pasar terhadap bisnis kendaraan listriknya.