
PUSAT NEWS – Umayyah bin Khalaf adalah salah satu tokoh Quraisy yang dikenal sebagai musuh umat Islam dan penyiksa para sahabat Nabi, terutama Bilal bin Rabah.
Riwayat menyebutkan bahwa ia adalah putra Khalaf bin Habib bin Wahab bin Hudzafah, seorang pedagang kaya di Jazirah Arab yang menjadikannya terbiasa hidup dalam kemewahan.
Sejak kecil, Umayyah telah tumbuh menjadi sosok yang sombong, tamak, dan kikir, terutama terhadap para budaknya sendiri.
Sebagai umat Islam, kita dapat mengambil pelajaran berharga dari kisah hidupnya tentang kesombongan dan kebencian terhadap kebenaran yang akhirnya membawanya pada kehancuran.
Kisah Umayyah bin Khalaf Menyiksa Sahabat Nabi
Diceritakan dalam buku The Great Sahaba oleh Rizem Aizid, Umayyah bin Khalaf adalah seorang pemuka Quraisy yang memiliki harta dan juga budak yang banyak. Salah satunya adalah sahabat Nabi Bilal bin Rabah.
Umayyah bin Khalaf dikenal sebagai salah satu tokoh Quraisy yang paling keras menentang Islam. Ia adalah seorang pedagang kaya yang sangat membenci ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, terutama ketika mendapati bahwa salah satu budaknya Bilal bin Rabah telah memeluk Islam.
Baginya, Islam adalah ancaman terhadap kekuasaan dan kepercayaan nenek moyangnya. Sehingga ia merasa berhak untuk menindas siapa pun yang mengikutinya, termasuk budaknya sendiri.
Ketika mengetahui bahwa Bilal bin Rabah telah berbaiat kepada Rasulullah SAW, amarah Umayyah meledak. Dengan penuh kebencian, ia menyeret Bilal ke tengah padang pasir yang panas membara dan memaksanya untuk meninggalkan keimanannya.
Namun, Bilal tetap teguh pada tauhidnya sehingga Umayyah memerintahkan para algojonya untuk meletakkan batu besar di atas tubuh Bilal. Ia ingin melihat budaknya itu menyerah dan kembali menyembah berhala, namun yang keluar dari mulut Bilal justru kalimat tauhid, “Ahad… Ahad…”.
Hari demi hari berlalu, penyiksaan terus dilakukan. Namun, keteguhan Bilal membuat beberapa orang Quraisy merasa iba.
Para ajudan Umayyah sendiri mulai membujuknya agar menghentikan siksaan itu, tetapi Umayyah tidak peduli. Baginya, tidak ada tempat bagi Islam dalam lingkaran kekuasaannya. Namun, kezaliman Umayyah akhirnya terhenti ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq datang dan menawar Bilal dengan harga tebusan.
Singkat cerita, Bilal bin Rabah menemukan bekas majikannya di tengah medan perang badar. Sosok yang dulu menyiksanya dengan kejam kini berdiri dalam ketakutan.
Tatapan tajam Bilal yang penuh amarah membuat Umayyah gemetar. Dalam kepanikan, ia bergegas meminta perlindungan kepada sahabat Rasulullah SAW, Abdurrahman bin Auf, yang pernah menjadi teman baiknya di Makkah.
Abdurrahman bin Auf berusaha melindungi Umayyah dengan niat menjadikannya tawanan perang. Namun, Bilal tak terima. Dengan suara lantang, ia berseru kepada para sahabat, “Saudara-saudara Muslim! Inilah Umayyah bin Khalaf, gembong kekafiran!”
Seruan Bilal membangkitkan amarah kaum Muslim yang pernah merasakan kekejaman Umayyah. Mereka berbondong-bondong mendekat, menolak upaya Abdurrahman untuk menyelamatkan musuh bebuyutan Islam itu.
Bilal bin Rabah dengan tekad membara menegaskan bahwa ia tidak akan merasa aman selama Umayyah masih hidup. Tak bisa lagi menghindar, Umayyah akhirnya menerima tantangan Bilal untuk bertarung satu lawan satu.
Keduanya berduel dengan pedang terhunus. Dalam pertarungan sengit itu, Bilal berhasil menemukan celah di baju besi Umayyah dan menusukkan pedangnya dengan tepat. Dengan satu serangan menentukan, Bilal mengakhiri riwayat sang penyiksa, membalas penderitaan yang pernah ia alami dengan kemenangan di medan perang.
Wallahu a’lam.