
PUSATKESEHATAN.com – Kualitas tidur memainkan peran penting dalam kesehatan. Tapi faktanya, hampir 40 persen orang dewasa berusia 45 hingga 64 tahun di Amerika Serikat tidak mendapatkan tidur yang cukup.
Kebutuhan tidur berubah seiring bertambahnya usia. Bayi, anak-anak, dan remaja membutuhkan lebih banyak tidur dibandingkan orang dewasa, yang memerlukan sekitar tujuh jam semalam. Kualitas tidur juga penting, karena gangguan seperti sleep apnea obstruktif dapat menurunkan kualitas meski jam tidur cukup. Ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan masalah kesehatan lainnya.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ritme sirkadian yang tidak teratur dapat meningkatkan risiko penyakit jantung hingga 300 persen. Studi terbaru di JAMA Network Open menunjukkan pola tidur memengaruhi kadar gula darah, terutama terkait durasi dan waktu tidur. Peneliti di China ingin memahami dampak pola tidur pada kadar gula darah di populasi umum yang tidak diabetes, menggunakan data dari Guangzhou Nutrition and Health Study.
Setelah melakukan berbagai analisis statistik dengan mempertimbangkan faktor lain seperti usia, BMI, aktivitas fisik, konsumsi teh dan kopi, para peneliti menemukan beberapa hal menarik:
• Peserta yang memiliki durasi tidur yang kurang dan waktu tidur yang tidak tepat mengalami fluktuasi kadar gula darah yang lebih besar.
• Tidur yang kurang, baik dalam tingkat ringan maupun berat, berhubungan dengan peningkatan fluktuasi kadar gula darah.
• Mereka yang tidur setelah tengah malam mengalami peningkatan variabilitas kadar gula darah.
Variabilitas glikemik, atau fluktuasi kadar gula darah, menunjukkan seberapa besar kadar gula darah naik dan turun dalam suatu periode. Semakin besar variabilitas ini, semakin tinggi risiko terkena penyakit kronis dan kematian dini.
Studi ini menunjukkan bahwa kurang tidur dan tidur larut malam dapat menyebabkan ketidakstabilan kadar gula darah, yang pada akhirnya bisa meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Hubungan antara tidur dan kadar gula darah ini sangat masuk akal karena berbagai alasan.
Kurangnya tidur dalam jangka panjang dapat memicu peradangan kronis dan memperburuk metabolisme glukosa. Hormon pertumbuhan yang berperan dalam metabolisme glukosa juga bergantung pada tidur yang cukup. Selain itu, tidur yang terlambat dapat mengganggu ritme sirkadian tubuh, yang berperan dalam pelepasan hormon seperti kortisol dan melatonin, serta meningkatkan zat pemicu peradangan dalam tubuh.