Zahedan, Iran — 27 Juli 2025

PUSATNEWS, Sedikitnya enam orang tewas dan lebih dari 20 lainnya mengalami luka-luka dalam insiden penembakan massal yang terjadi di kompleks pengadilan kota Zahedan, ibu kota Provinsi Sistan-Baluchestan, Iran tenggara, Jumat (26/7) waktu setempat. Serangan ini segera memicu kekhawatiran akan meningkatnya ketegangan keamanan di wilayah perbatasan yang selama ini rawan konflik etnis dan sektarian.
Serangan Terkoordinasi di Tengah Sidang Pengadilan
Kementerian Dalam Negeri Iran melaporkan bahwa sekelompok orang bersenjata berat menyerbu gedung pengadilan saat persidangan tengah berlangsung. Penyerang dilaporkan menembaki aparat keamanan dan warga sipil menggunakan senapan otomatis dan granat tangan. Dalam baku tembak yang berlangsung selama hampir dua jam, aparat berhasil melumpuhkan tiga dari pelaku.
“Insiden terjadi secara tiba-tiba. Kami mendengar suara tembakan dari lantai bawah, lalu ledakan. Orang-orang mulai panik,” ungkap seorang saksi mata yang enggan disebutkan namanya, dalam wawancara dengan kantor berita ISNA.
Pihak berwenang telah mengonfirmasi bahwa di antara korban tewas terdapat dua warga sipil, termasuk seorang anak kecil, serta dua petugas keamanan yang berjaga di lokasi.
Kelompok Separatis Klaim Bertanggung Jawab
Kelompok bersenjata Jaish al-Adl, yang beroperasi di wilayah perbatasan Iran-Pakistan, mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini melalui saluran Telegram mereka. Kelompok tersebut telah lama dikenal sebagai milisi separatis Sunni yang menuntut otonomi bagi etnis Baluchi dan kerap melakukan serangan terhadap pasukan keamanan Iran.
Hingga kini, otoritas keamanan Iran belum mengonfirmasi kebenaran klaim tersebut, namun sejumlah analisis menyebut pola serangan serupa dengan taktik yang digunakan Jaish al-Adl dalam serangan sebelumnya.
Wilayah Rawan Konflik dan Ketegangan Sektarian
Provinsi Sistan-Baluchestan merupakan salah satu wilayah termiskin dan paling tidak stabil di Iran, dengan mayoritas penduduknya beragama Islam Sunni—minoritas dalam negara yang didominasi Syiah. Wilayah ini telah lama menjadi episentrum ketegangan antara pemerintah pusat dan kelompok separatis lokal, selain juga menjadi jalur utama penyelundupan narkotika lintas batas.
Analis politik Timur Tengah, Dr. Nasser Sadeghi dari Universitas Tehran, menyebutkan bahwa konflik sektarian dan kesenjangan sosial di provinsi ini menjadi akar permasalahan yang belum terselesaikan.
“Selama pendekatan militeristik lebih dominan daripada solusi politik dan ekonomi yang inklusif, serangan seperti ini kemungkinan besar akan terus terjadi,” ujar Sadeghi dalam wawancara dengan harian Shargh.
Peningkatan Keamanan dan Penyelidikan Nasional
Sebagai tanggapan atas serangan ini, pemerintah Iran segera meningkatkan status keamanan nasional di kawasan tenggara dan mengerahkan unit tambahan Garda Revolusi Islam (IRGC) untuk memperkuat pengamanan di objek vital negara.
Kementerian Intelijen juga mengumumkan telah menahan beberapa tersangka yang diduga terkait dengan perencanaan dan dukungan logistik terhadap serangan. Proses investigasi menyeluruh sedang berlangsung, dengan fokus pada jalur pendanaan dan jaringan komunikasi kelompok militan.
Wakil Menteri Dalam Negeri Iran, Mohammad Jamshidi, menyatakan bahwa “setiap serangan terhadap institusi hukum negara adalah serangan terhadap stabilitas nasional,” seraya menegaskan bahwa pelaku dan aktor intelektual di balik insiden ini akan diburu hingga ke luar perbatasan.
Respons Publik dan Komunitas Internasional
Tragedi ini segera menjadi sorotan publik Iran, dengan ribuan warga menyampaikan belasungkawa melalui media sosial dan menuntut transparansi serta akuntabilitas keamanan di kawasan yang selama ini terabaikan. Sementara itu, beberapa organisasi HAM mendesak pemerintah agar tidak menggunakan serangan ini sebagai alasan untuk menekan kebebasan sipil di wilayah minoritas.
Komunitas internasional, termasuk PBB dan Uni Eropa, mengecam keras serangan tersebut dan menyampaikan simpati kepada para korban. Sekretaris Jenderal PBB dalam pernyataan resminya meminta agar Iran mengedepankan proses hukum yang adil dan tidak melakukan tindakan represif terhadap kelompok etnis tertentu
Serangan di pengadilan Zahedan menjadi pengingat nyata atas kerentanan sektor peradilan dan keamanan sipil di kawasan perbatasan Iran yang kaya akan ketegangan politik, sosial, dan sektarian. Sementara otoritas bergerak cepat menanggulangi krisis ini, masyarakat internasional menanti langkah selanjutnya dari pemerintah Iran—apakah akan mengarah pada de-eskalasi atau justru memperburuk siklus kekerasan yang telah berlangsung puluhan tahun.