
Banyuwangi – Duka dialami oleh Misatun Altuniyah (44 tahun) warga Lingkungan Sukowidi, Kelurahan Klatak, Kalipuro, Banyuwangi. Suami dan anaknya menjadi korban dalam peristiwa tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya.
Ia tak menyangka pesan sayang yang diterimanya adalah pesan terakhir dari suaminya sebelum ditemukan meninggal dunia.
Suaminya Eko Satriyo, 51 tahun ditemukan meninggal dunia di Perairan Jembrana Bali. Sementara anaknya, Eko Toniansyah ditemukan selamat.
Misatun bercerita suaminya bekerja sebagai sopir truk tronton, sementara anaknya membantu sebagai kernet sejak sebulan lalu.
Pada Rabu (2/7/2025) sekitar pukul 21.00 WIB, suami dan anaknya berangkat membawa material semen untuk dikirim ke Singaraja, Bali.
“Jam 10 malam itu suami sempat ngabari ke saya. Dia mintai tolong ke saya untuk ngabari adik ngurus beberapa keperluan di kantor,” terang Misatun Jumat (4/7/2025).
Setelahnya Misatun pun tak menyangka peristiwa itu akan terjadi. Ia kemudian tidur seperti biasa. Ia lalu bangun pukul 02.00 WIB dikabari bila anak dan suaminya tenggelam bersama KMP Tunu Pratama Jaya.
“Saya langsung datang ke pelabuhan untuk memastikan kabar tersebut,” ujarnya.
Sekitar pukul 08.00 Kamis (3/7/2025), ia mendapat kabar bila suaminya meninggal dunia. Sementara anaknya ditemukan selamat.
Setelah proses evakuasi dan sampai di rumah, Misatun pun menanyakan bagaimana kronologi kepada anaknya, Eko Toniansyah yang akrab disapa Toni.
Dari pengakuan Toni, peristiwa itu berlangsung sangat cepat. Saat itu Toni berada di atas dek kapal. Sementara ayahnya Eko Satriyo berada di truk.
Beberapa saat kemudian, Eko Satriyo kemudian naik ke atas menemui Toni di atas dek karena kehabisan rokok. Oleh Toni ayahnya diberi rokok lalu ia meminta ayahnya standby di dek menemaninya.
Tiba-tiba kapal dihantam ombak tinggi, sehingga miring. Dalam hitungan menit, kapal kembali dihantam ombak tinggi yang menyebabkan kapal langsung tenggelam. Keduanya pun memakai pelampung yang tersedia.
Menurut Misatun, keduanya tidak melompat tapi berdiri di pinggiran dek sembari mengikuti ritme tenggelamnya kapal.
“Katanya sempat ikut tersedot ke bawah laut saat kapal tenggelam. Katanya sekitar 20 detik. Saat kembali ke permukaan suami sudah meninggal tapi anak saya selamat,” ujar Misatun mengisahkan.
Toni Mengapung 5 Jam Di Laut

Toni, lanjut Misatun, mengapung di laut sejak pukul 24.00 hingga 05.30 WIB. Selama berjam-jam posisi terapung di laut, Toni tetap memegang jasad ayahnya sampai kemudian ditemukan oleh nelayan.
Misatun mengaku tak menyangka bakal ditinggal belahan hatinya secepat ini. Suaminya selama ini jarang berada di rumah dan lebih banyak menghabiskan waktu di jalan.
Meski begitu, ia mengingat suaminya sebagai sosok pria perhatian. Misatun yang tengah menderita diabetes kerap dikirimi obat, dan diminta rutin baca doa-doa.
“Suami perhatian, sering ngirim obat herbal, kirim doa untuk saya, sering mengingatkan salat. Terakhir saya diingatkan baca ayat kursi 11 kali,” kata Misatun.
Selain itu, Eko Satriyo disebutnya sebagai pria Dermawan yang menyayangi anak-anak. Eko suka bagi-bagi uang ke anak-anak kecil bahkan punya 4 anak angkat. Eko juga rutin amal ke masjid.
“Terakhir senin kemarin amal ke masjid. Terus saya dikasih pesan agar senin diamalkan lagi atas nama bapak,” terangnya.
Beberapa keanehan juga terjadi sebelum peristiwa ini. Eko menggendong dan memeluk erat anak perempuannya Marta Aulia Zaskia, 15 tahun yang akan masuk SMA.
Keanehan lain saat sebelum berangkat naik kapal, suaminya mendadak memeluk dan menciumi Misatun. Bagi Misatun, itu tak biasa.
Suaminya juga mengirim pesan “Istriku sayang, aku minta maaf”. Misatun tak menyangka itu adalah pesan terakhir suaminya.
“Dia bilang sayang tetapi saya ditinggalkan. Aku nggak bisa mas,” ujarnya sembari menangis.