Surabaya, 2 Juli 2025

PUSATNEWS, Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Pendidikan resmi mengumumkan bahwa game Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) akan mulai digunakan sebagai alat bantu pembelajaran di beberapa sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) di wilayahnya. Program ini menjadi bagian dari proyek percontohan pendidikan digital kreatif yang bertujuan meningkatkan keterampilan kolaborasi, strategi, dan literasi digital siswa.
Program ini akan mulai diterapkan pada tahun ajaran baru 2025/2026 di 10 sekolah negeri dan swasta yang telah ditunjuk sebagai pilot project.
“Kami ingin memanfaatkan dunia digital yang dekat dengan siswa, bukan menolaknya. Game bisa menjadi media pembelajaran bila dikelola dengan baik dan dibingkai secara edukatif,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Surabaya, Dr. Ikhsan Firmansyah, dalam konferensi pers di Balai Kota, Selasa (1/7).
Bukan Sekadar Bermain, Tapi Edukasi Strategis
Menurut Dinas Pendidikan, penggunaan Mobile Legends bukan dilakukan secara bebas, melainkan dimasukkan ke dalam kegiatan pembelajaran lintas mata pelajaran seperti:
- Pendidikan karakter dan kerja sama tim (dalam pelajaran PPKn)
- Analisis strategi dan logika (Matematika dan Informatika)
- Literasi digital dan manajemen emosi (BK dan Bahasa Indonesia)
Guru akan bertindak sebagai fasilitator, dan siswa akan menganalisis permainan secara taktis, bukan sekadar bermain untuk hiburan. Selain itu, sesi akan dibatasi waktu dan disusun dalam kurikulum tematik berbasis proyek (project-based learning).
Kolaborasi dengan Pengembang Game dan Komunitas Esports
Pemerintah Kota Surabaya telah menjalin komunikasi awal dengan perwakilan dari Moonton Indonesia, pengembang Mobile Legends, untuk menjajaki kerja sama pelatihan guru serta penyediaan perangkat dan server khusus sekolah.
Selain itu, Pengurus Esports Indonesia (ESI) Surabaya akan dilibatkan untuk memberikan pelatihan terkait etika bermain, kontrol waktu, dan profesionalisme di dunia digital.
Pro & Kontra di Kalangan Masyarakat
Meskipun banyak siswa dan orang tua menyambut baik kebijakan ini, sebagian pengamat pendidikan dan psikolog menyuarakan kehati-hatian. Mereka menekankan perlunya batasan yang jelas agar game tidak justru memicu kecanduan atau konflik nilai di lingkungan sekolah.
“Pendidikan berbasis game bisa menarik, tapi risikonya nyata jika tidak didampingi secara serius. Harus ada kontrol, bukan euforia,” ujar Dr. Alifia Wulandari, psikolog pendidikan dari Universitas Airlangga.
Inisiatif memasukkan Mobile Legends ke dalam kurikulum sekolah menandai langkah inovatif Surabaya dalam menjembatani dunia digital dan pendidikan. Dengan pendekatan yang terstruktur, terukur, dan terawasi, kebijakan ini berpotensi mengubah paradigma belajar anak muda, sekaligus membuka jalan baru bagi pengembangan talenta digital dan esports nasional sejak usia dini.