
PUSATNEWS Washington–Teheran, Rabu, 25 Juni 2025 — Pemerintah Amerika Serikat dibuat geram setelah muncul laporan mengejutkan bahwa Iran menggunakan teknologi kendaraan listrik berbasis Tesla sebagai bagian dari sistem peluncur rudal mobil milik Garda Revolusi. Temuan ini memicu kecaman tajam dari Gedung Putih dan memperkeruh hubungan dagang serta keamanan siber global.
Menurut laporan investigasi yang dibocorkan oleh lembaga intelijen swasta berbasis di Jerman dan kemudian dikonfirmasi oleh Pentagon, beberapa unit kendaraan peluncur rudal jarak menengah Iran menggunakan sistem baterai, motor penggerak, dan bahkan chip AI modifikasi yang diyakini berasal dari produk dan desain Tesla Model X yang diselundupkan atau diperoleh secara ilegal melalui pihak ketiga.
“Ini bukan hanya pencurian teknologi. Ini adalah penyalahgunaan teknologi sipil untuk tujuan militer oleh rezim yang telah lama menjadi musuh hukum internasional,” kata Juru Bicara Pentagon, Letjen Gregory Mathis.
Bagaimana Iran Mendapatkan Teknologi Tesla?
Pakar siber dan intelijen industri menyebut bahwa Iran kemungkinan besar mendapatkan teknologi ini melalui jalur rekayasa balik (reverse engineering) dari kendaraan Tesla bekas yang dibeli di pasar gelap Asia Tengah dan Eropa Timur. Beberapa komponen elektronik penting, seperti sistem kendali otomatis dan manajemen daya baterai, diduga telah dipasang ulang dan dimodifikasi untuk menggerakkan kendaraan peluncur rudal darat-ke-darat berkecepatan tinggi.
Sumber intelijen Israel menyebut bahwa kendaraan peluncur ini digunakan dalam serangan terakhir ke wilayah Negev dan dinilai “sangat sulit dideteksi oleh radar” karena jejak panasnya rendah — keunggulan utama dari kendaraan listrik.
Iran Bungkam, Tesla Beri Pernyataan Tegas
Pemerintah Iran belum memberikan pernyataan resmi atas tuduhan ini. Namun media semi-resmi Iran, Fars News, menulis bahwa “keunggulan teknologi tidak eksklusif milik satu bangsa saja.”
Sementara itu, pihak Tesla melalui pernyataan resmi menyebut bahwa perusahaan “tidak pernah mengizinkan atau mengetahui adanya penyaluran komponen atau sistemnya ke Iran, langsung maupun tidak langsung.” Tesla juga mengklaim akan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk menyelidiki rantai pasok global dan meningkatkan sistem pengamanan perangkat lunak kendaraannya.
Washington Siapkan Sanksi Tambahan
Sebagai respons, pemerintahan Biden dikabarkan tengah menyiapkan paket sanksi tambahan terhadap entitas luar negeri yang dianggap membantu Iran dalam memperoleh teknologi kendaraan listrik canggih. Departemen Keuangan AS juga dilaporkan tengah menelusuri transaksi ekspor-impor mencurigakan yang melibatkan negara-negara seperti UEA, Turki, dan Armenia.
“Kalau perlu, kita akan sanksi siapa pun — perusahaan atau negara — yang menjadi jalur bagi Iran memperoleh teknologi strategis,” ujar Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Analis: Ini Era Senjata Hijau
Beberapa analis militer menilai perkembangan ini sebagai titik balik baru dalam evolusi militer modern. Kendaraan peluncur rudal yang senyap, ramah lingkungan, dan sulit dideteksi secara termal bisa menjadi tren di masa depan.
“Bayangkan, kendaraan senyap tapi mematikan. Ini bukan sekadar rudal, ini evolusi ‘senjata hijau’,” kata kolonel (purn.) William Carver, pakar strategi militer AS.
Situasi ini membuka babak baru dalam konflik teknologi global — bahwa perang masa depan bukan hanya soal misil dan drone, tapi juga siapa yang menguasai chip, baterai, dan mobil listrik.