
AS menyerang tiga fasilitas nuklir Iran dalam satu malam. Bagaimana serangan tersebut terjadi?
Berikut penjelasannya seperti dilansir The New York Times.
Tujuh pesawat pengebom siluman B-2 Spirit lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Whiteman di Missouri tepat pukul 00.01 waktu Timur AS atau pukul 11.31 waktu Iran, pada Sabtu (21/6/2025). Dalam misi yang dirancang dengan tingkat kerahasiaan tinggi, satu atau lebih dari pesawat itu diterbangkan ke arah barat melintasi Samudra Pasifik untuk mengecoh radar, sementara tujuh pengebom lainnya menempuh jalur timur melintasi Samudra Atlantik menuju sasaran mereka di Iran.
Di sepanjang perjalanan sejauh lebih dari 11.000 kilometer, puluhan pesawat tanker disiagakan di berbagai titik untuk mendukung pengisian bahan bakar di udara yang dilakukan berulang kali selama lebih dari 18 jam—manuver rumit yang menuntut presisi nyaris tanpa cela.
Setelah terbang selama 17 jam, pukul 17.00 waktu Timur AS atau pukul 04.30 Minggu waktu Iran, pesawat-pesawat pengebom itu memasuki wilayah udara yang berada di bawah pengawasan Komando Pusat AS (CENTCOM), yang mengoordinasikan seluruh operasi militer AS di Timur Tengah. Mereka bergabung dengan pesawat-pesawat tempur pengawal yang telah bersiap mengantar menuju wilayah musuh.
Pada waktu hampir bersamaan, sebuah kapal selam milik Angkatan Laut AS di Teluk Persia meluncurkan lebih dari selusin rudal jelajah Tomahawk yang diarahkan ke fasilitas nuklir Iran di Isfahan, salah satu dari tiga target utama dalam operasi ini.
Sekitar satu jam setelah peluncuran rudal, pesawat-pesawat pengebom AS memasuki wilayah udara Iran.
Tepat pukul 18.40 hingga 19.05 waktu Timur AS atau antara pukul 02.10 hingga 02.35 waktu Iran pada Minggu, rangkaian serangan dimulai. Lokasi nuklir Fordow dan Natanz dihantam dengan presisi tinggi oleh bom-bom yang dijatuhkan dari langit, sementara rudal-rudal Tomahawk menghantam Isfahan secara bersamaan.
Sebanyak 75 amunisi berpemandu presisi digunakan dalam serangan terkoordinasi ini, termasuk 14 bom GBU-57 Massive Ordnance Penetrator—bom super berat yang dirancang untuk menghancurkan target terkubur dalam tanah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, bom ini digunakan dalam pertempuran sesungguhnya.
Setelah misi rampung, pukul 19.30 waktu Timur AS atau pukul 03.00 waktu Iran, pesawat-pesawat pengebom AS mulai meninggalkan wilayah udara Iran dan memulai perjalanan panjang kembali ke AS.
Dua puluh menit kemudian, pukul 19.50 waktu Timur AS atau pukul 03.20 waktu Iran, Trump mengumumkan lewat media sosial bahwa pasukan AS menyerang tiga lokasi: Fordo, Natanz, dan Isfahan serta telah keluar dari wilayah udara Iran.
Kemudian, pukul 22.00 waktu Timur AS atau 05.30 waktu Iran, Presiden Trump muncul dalam siaran langsung dari Gedung Putih. Dengan nada tegas, dia menyatakan militer AS telah melumpuhkan ketiga fasilitas nuklir itu. Di saat yang bersamaan, Gedung Putih mulai menyebarkan foto-foto yang menunjukkan Trump, para menteri, dan staf-staf senior sedang berada di Situation Room, ruang kendali krisis Gedung Putih, saat serangan terhadap Iran berlangsung.
Keesokan paginya, Minggu pukul 08.00 waktu Timur atau pukul 16.30 waktu Iran, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth dan Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Dan Caine muncul di Pentagon memberikan penjelasan resmi kepada wartawan. Jenderal Caine menyatakan bahwa penilaian akhir terhadap dampak serangan masih dalam proses.
Demikian Operasi Midnight Hammer dijalankan—operasi udara dan laut yang dirancang dengan ketelitian ekstrem, dilancarkan dalam senyap, dan disampaikan ke dunia dalam gebrakan penuh perhitungan.
Alasan Amerika Serang Iran

Baru saja, militer AS melancarkan serangan presisi besar-besaran terhadap tiga fasilitas nuklir utama milik rezim Iran: Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Nama-nama itu telah lama dikenal dunia, karena selama bertahun-tahun Iran membangun proyek penghancur yang sangat berbahaya di sana. Tujuan kami dalam operasi ini adalah menghancurkan sepenuhnya kapasitas pengayaan nuklir Iran, serta menghentikan ancaman nuklir dari negara yang menjadi sponsor terorisme nomor satu di dunia.
Malam ini, saya sampaikan kepada dunia bahwa serangan tersebut adalah keberhasilan militer yang sangat luar biasa. Fasilitas utama pengayaan nuklir Iran telah dihancurkan secara total dan sepenuhnya. Iran, si pengganggu kawasan Timur Tengah, sekarang harus memilih untuk menempuh jalan damai.
Jika mereka tidak melakukannya, maka serangan-serangan di masa depan akan jauh lebih besar dan jauh lebih mudah dilakukan.
Selama 40 tahun, Iran terus meneriakkan, “Matilah AS, matilah Israel”. Mereka telah membunuh warga kita, meledakkan tangan dan kaki mereka dengan bom pinggir jalan — itulah keahlian mereka.
Kita telah kehilangan lebih dari seribu orang karena ulah mereka. Ratusan ribu jiwa lainnya di seluruh Timur Tengah dan dunia telah tewas akibat kebencian yang mereka sebarkan. Secara khusus, begitu banyak yang tewas akibat tindakan jenderal mereka, Qassem Soleimani.
Saya telah memutuskan sejak lama bahwa saya tidak akan membiarkan ini terus terjadi. Dan saya pastikan, ini tidak akan terus berlanjut.
Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih dan ucapan selamat kepada Perdana Menteri Bibi Netanyahu. Kami bekerja sama sebagai satu tim — mungkin seperti belum pernah ada tim lain yang bekerja seerat ini sebelumnya — dan kami telah melangkah sangat jauh dalam menghapus ancaman mengerikan terhadap Israel.
Saya juga ingin berterima kasih kepada militer Israel atas pekerjaan luar biasa yang telah mereka lakukan. Dan yang paling penting, saya ingin memberikan selamat kepada para patriot AS yang luar biasa yang malam ini menerbangkan mesin-mesin tempur itu, serta kepada seluruh militer AS atas operasi yang belum pernah disaksikan dunia selama puluhan tahun terakhir.
Semoga kita tidak perlu lagi menggunakan kekuatan militer dalam kapasitas seperti ini. Saya sungguh berharap demikian. Saya juga ingin mengucapkan selamat kepada Ketua Kepala Staf Gabungan, Jenderal Dan “Razin” Caine — seorang jenderal yang luar biasa — dan semua pemikir militer brilian yang terlibat dalam serangan ini.
Namun demikian, keadaan ini tidak bisa dibiarkan terus berlanjut.
Harus ada perdamaian, atau akan ada tragedi yang jauh lebih besar bagi Iran daripada apa yang telah kita saksikan selama delapan hari terakhir.
Ingat, masih banyak target yang tersisa. Target malam ini adalah yang paling sulit dan mungkin yang paling mematikan, tetapi jika perdamaian tidak segera tercapai, kami akan menghancurkan target-target lainnya dengan presisi, kecepatan, dan keterampilan. Sebagian besar dari target tersebut dapat dihancurkan hanya dalam hitungan menit.
Tidak ada militer lain di dunia ini yang mampu melakukan apa yang telah kami lakukan malam ini. Tidak ada yang mendekati, bahkan sekalipun. Belum pernah ada militer yang mampu melakukan apa yang baru saja terjadi beberapa saat lalu.
Besok pagi, Jenderal Caine dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth akan menggelar konferensi pers pada pukul 08.00 pagi di Pentagon. Dan saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada Tuhan.
Saya ingin mengatakan: “Kami mencintai-Mu, Tuhan, dan kami mencintai militer hebat kami. Lindungilah mereka.”
Tuhan memberkati Timur Tengah. Tuhan memberkati Israel. Dan Tuhan memberkati AS.
Terima kasih banyak. Terima kasih.
Menanti Serangan Balasan Iran

Iran menjanjikan balasan atas serangan AS terhadap tiga fasilitas nuklirnya, sembari meluncurkan gelombang baru rudal dan drone ke arah Israel.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Abdolrahim Mousavi pada Senin pagi mengatakan bahwa AS telah melanggar kedaulatan Iran ketika menyerang situs nuklir di Fordow, Natanz, dan Isfahan, serta telah memasuki perang secara jelas dan langsung.
“AS yang kriminal harus tahu bahwa, selain memberi hukuman kepada sekutunya yang ilegal dan agresif, para pejuang Islam dalam angkatan bersenjata kini memiliki kebebasan penuh untuk mengambil tindakan terhadap kepentingan dan militer AS. Kami tidak akan pernah mundur dalam hal ini,” ujarnya, merujuk pada Israel.
Ebrahim Zolfaghari, yang bertindak sebagai juru bicara serangan balasan Iran terhadap Israel, dalam pernyataan televisi terbarunya pada Senin mengatakan bahwa serangan AS dimaksudkan untuk menghidupkan kembali rezim Zionis yang sekarat, namun justru akan memperluas cakupan target sah yang beragam bagi Angkatan Bersenjata Iran, serta menciptakan dasar bagi meluasnya perang di kawasan.
“Trump si penjudi, Anda mungkin memulai perang ini, tapi kami yang akan menyelesaikannya,” ujar Zolfaghari seperti dilansir Al Jazeera.
Lantas, bagaimana reaksi dunia merespons serangan Amerika ke Iran?
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer seperti dikutip dari AP memperingatkan akan potensi eskalasi yang melampaui kawasan Timur Tengah seraya menyerukan semua pihak untuk berunding demi mengakhiri krisis melalui jalur diplomatik. Dia menekankan bahwa stabilitas merupakan prioritas utama di kawasan yang penuh gejolak ini.
Inggris, bersama Uni Eropa, Prancis, dan Jerman, telah berupaya, namun gagal menengahi solusi diplomatik dalam perundingan di Jenewa pekan lalu dengan Iran.
Starmer menyatakan bahwa program nuklir Iran merupakan ancaman serius bagi keamanan global.
“Iran tidak boleh dibiarkan mengembangkan senjata nuklir dan AS telah mengambil tindakan untuk meredakan ancaman itu,” kata Starmer.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengutuk keras serangan udara AS terhadap Iran dan menyebutnya sebagai pelanggaran berat terhadap hukum internasional, Piagam PBB, dan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi memperingatkan adanya konsekuensi serius apabila konflik di Timur Tengah semakin meluas. Dia mendesak agar semua pihak kembali ke meja perundingan.
Arab Saudi menyatakan keprihatinan mendalam atas serangan AS, namun tidak secara eksplisit mengecamnya.
“Kerajaan menegaskan perlunya mengerahkan segala upaya untuk menahan diri, meredakan ketegangan, dan menghindari eskalasi lebih lanjut,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Saudi.
Qatar, yang menjadi tuan rumah pangkalan militer terbesar AS di Timur Tengah, menyatakan bahwa pihaknya menyesalkan meningkatnya ketegangan dalam perang Iran-Israel.
Dalam pernyataan resminya, Kementerian Luar Negeri Qatar mendesak semua pihak untuk menahan diri dan menghindari eskalasi, yang tak lagi mampu ditanggung oleh rakyat kawasan ini yang telah lama terbebani oleh konflik dan dampak kemanusiaannya yang tragis.
Qatar merupakan mediator kunci dalam perang Israel-Hamas.
Wakil Perdana Menteri Irlandia Simon Harris menyebut serangan AS sebagai eskalasi yang luar biasa berbahaya dari konflik yang bahkan sebelumnya sudah layak disebut seperti tumpukan jerami kering siap terbakar.
Irlandia, yang selama ini sangat vokal mengkritik perang Israel di Gaza, menyerukan seperti negara-negara Eropa lainnya agar dilakukan perundingan guna mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.
“Kita sekarang memasuki masa yang sangat berbahaya,” kata Harris. “Kemungkinan eskalasi berantai kini lebih besar dari sebelumnya dan ada prospek nyata bahwa komunitas internasional akan kehilangan kendali sepenuhnya atas konflik yang sangat, sangat mudah meledak ini.”
Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong menyatakan bahwa pemerintahnya mendukung serangan AS.
“Kami mendukung tindakan untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir dan itulah inti dari tindakan ini,” ujarnya dalam wawancara dengan Channel Nine News pada Senin. Pernyataan ini lebih tegas dibandingkan dengan pernyataan resmi pemerintah Australia pada Minggu, yang sebelumnya tidak secara eksplisit menyatakan dukungan.
“Pada akhirnya, kami ingin melihat adanya de-eskalasi dan diplomasi.”
Wong menolak menjawab apakah komunikasi satelit atau intelijen sinyal Australia digunakan oleh AS. Kedua negara tergabung dalam kemitraan intelijen Five Eyes. Namun, Wong menegaskan bahwa Amerika Serikat telah menyatakan secara jelas bahwa ini adalah serangan sepihak.
Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba mengatakan kepada wartawan bahwa sangat penting untuk meredakan situasi sesegera mungkin, seraya menambahkan bahwa pengembangan senjata nuklir oleh Iran juga harus dicegah. Dia menolak memberikan komentar apakah mendukung serangan AS terhadap Iran.
Vietnam menyerukan agar semua pihak melanjutkan upaya perundingan dan menghormati hukum humaniter serta regulasi Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
“Vietnam sangat prihatin dengan eskalasi dan kompleksitas konflik di Timur Tengah, yang menimbulkan ancaman serius terhadap kehidupan dan keselamatan warga sipil, serta perdamaian dan stabilitas regional dan global,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Vietnam Pham Thu Hang.
Paus Leo XIV menyampaikan seruan kuat untuk perdamaian dalam doa Angelus pada Minggu di Lapangan Santo Petrus, menyerukan agar diplomasi internasional membungkam senjata.
Dalam referensi terbuka terhadap situasi di Iran yang disebutnya mengkhawatirkan, Paus Leo XIV yang berasal dari AS menekankan, “Hari ini, lebih dari sebelumnya, umat manusia menangis dan menyerukan perdamaian—ini adalah seruan yang menuntut akal sehat dan tidak boleh dibungkam.”
Paus Leo XIV mendesak setiap anggota komunitas internasional untuk memikul tanggung jawab moral mereka guna menghentikan tragedi perang sebelum berubah menjadi kehancuran yang tak bisa diperbaiki lagi.
Merespons tuduhan Barat soal ambisinya memiliki senjata nuklir, Iran hingga hari ini konsisten bahwa program nuklirnya sepenuhnya bersifat damai.
Direktur Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi pada 9 Juni menyatakan bahwa meskipun tindakan Iran tidak secara teknis melanggar aturan internasional, namun level pengayaan uranium yang sangat tinggi — yang dilakukan satu-satunya oleh Iran sebagai negara non-pemilik senjata nuklir — menimbulkan kekhawatiran serius karena bisa membuka jalan bagi kemampuan membuat bom nuklir.
Dalam wawancara dengan CNN pada Selasa (17/6), Grossi pun menegaskan, “Kami tidak memiliki bukti adanya upaya sistematis untuk bergerak menuju pembuatan senjata nuklir.”