
PUSATNEWS Washington, 18 Juni 2025 — Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald J. Trump, mengeluarkan pernyataan mengejutkan yang memperkeruh situasi geopolitik global. Dalam kampanye politiknya di Arizona, Trump secara terang-terangan menyatakan bahwa jika dirinya kembali menjabat, ia akan mempertimbangkan untuk mengerahkan kekuatan militer AS mendukung Israel dalam menghadapi Iran.
“Sudah cukup. Iran terus menyerang, membahayakan sekutu kita Israel dan stabilitas dunia. Jika saya kembali ke Gedung Putih, kami akan berdiri bahu membahu dengan Israel — termasuk dalam aksi militer jika perlu,” ujar Trump di hadapan ribuan pendukungnya.
Pernyataan tersebut muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel, yang dalam beberapa hari terakhir saling melancarkan serangan udara dan rudal. Trump menyebut bahwa “sikap diam dan lunak” pemerintahan saat ini telah mendorong Iran semakin agresif dan tak terkendali.
“Saya tidak akan duduk diam sementara Israel diserang rudal. Dunia tahu, di bawah pemerintahan saya, tidak akan ada ruang untuk terorisme dan rezim tirani,” tegas Trump.
Respons dari Israel datang cepat. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyambut baik sikap Trump dan menyebutnya sebagai bentuk solidaritas nyata dari sahabat sejati Israel. Ia juga menyinggung perlunya “koalisi kuat” untuk menahan ambisi Iran di kawasan.
Di sisi lain, pemerintah Iran langsung mengecam keras pernyataan Trump. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran menyebut Trump sebagai “provokator perang yang gagal” dan memperingatkan bahwa intervensi AS hanya akan memperluas konflik dan membawa kehancuran lebih besar.
“Iran tidak takut pada ancaman kosong. Jika AS ikut campur, wilayah mereka juga tidak akan aman,” kata pernyataan resmi pemerintah Iran.
Sejumlah analis politik menilai pernyataan Trump berisiko tinggi memperburuk eskalasi dan menyeret lebih banyak pihak ke dalam konflik Timur Tengah. Beberapa bahkan menyebut pernyataan itu sebagai “kampanye militer sebelum masa jabatan”, mengingat pilpres AS hanya tinggal beberapa bulan lagi.
Sementara itu, PBB dan negara-negara Eropa menyerukan semua pihak untuk menahan diri. Namun dengan meningkatnya retorika perang dari tokoh-tokoh besar dunia, bayangan konflik regional yang meluas ke skala global tampak semakin nyata.