

PUSATBERITA , Jepang terkenal dengan industri otomotifnya. Brand-brand top, seperti Toyota, Honda, Mitsubishi, Nissan, Subaru, hingga Isuzu berasal dari Jepang. Tapi, meski dikenal sebagai raksasa teknologi otomotif, Jepang justru tertinggal dalam adopsi mobil listrik (EV). Jepang, misalnya tertinggal jauh dari China, Norwegia, dan Korea Selatan.
Panjualan mobil di Jepang pada 2024 hanya sekitar 59.700 unit. Angka ini turun 33 persen dari tahun sebelumnya dan hanya mencakup sekitar 1,5 persen dari total pasar otomotif Jepang. Fenomena ini tentu membingungkan banyak orang. Kenapa mobil listrik justru kurang laku di Jepang, ya?
1. Infrastruktur pengisian masih terbatas
Meskipun Jepang punya jaringan transportasi canggih, infrastruktur pengisian daya untuk mobil listrik masih sangat terbatas. Hingga awal 2024, hanya ada sekitar 37 ribu titik pengisian publik, jumlah yang tergolong rendah untuk mendukung ekosistem EV secara nasional. Banyak warga yang tinggal di apartemen tanpa parkir pribadi atau colokan listrik, sehingga mereka kesulitan mengisi daya EV di rumah. Akibatnya, rasa percaya diri untuk beralih ke mobil listrik pun rendah.
2. Jalan sempit dan budaya mobil kecil
Mobil-mobil listrik populer seperti Tesla Model Y atau BYD Atto 3 cenderung memiliki dimensi besar, padahal kota-kota di Jepang terkenal dengan jalan sempit dan parkir terbatas. Mobil kecil seperti kei-car (mobil mungil khas Jepang) masih jadi primadona karena irit, praktis, dan mudah bermanuver. EV berukuran besar dianggap tidak cocok dengan gaya hidup urban Jepang yang serba efisien. Oleh karena itu, permintaan lebih banyak tertuju pada EV kompak seperti Nissan Sakura, yang masih berada di segmen sangat spesifik.
3. Dominasi teknologi hybrid dan loyalitas merek
Alasan lain mengapa mobil listrik belum populer adalah dominasi kendaraan hybrid buatan dalam negeri. Toyota Prius, misalnya, sudah menjadi simbol ramah lingkungan di Jepang selama dua dekade. Konsumen merasa hybrid sudah cukup efisien tanpa harus repot mengisi daya. Selain itu, sebagian besar produsen besar Jepang seperti Toyota dan Honda masih fokus pada hybrid dan hidrogen fuel cell, bukan EV murni. Ini memperkuat persepsi bahwa mobil listrik belum matang atau belum cocok untuk pasar Jepang.
Jadi, meskipun Jepang negara maju, bukan berarti semua inovasi langsung diterima dengan tangan terbuka. Dalam kasus mobil listrik, justru Jepang menunjukkan sikap hati-hati dan mempertimbangkan berbagai aspek teknis, budaya, dan infrastruktur sebelum beralih total. Namun, dengan hadirnya EV mungil dan terjangkau seperti Mibot dari KG Motors atau ekspansi BYD di segmen kei-car, masa depan mobil listrik di Jepang tetap menyimpan potensi besar, tinggal menunggu waktu dan strategi yang tepat.