
PUSATNEWS Tel Aviv, 13 Juni 2025 — Ketegangan di Timur Tengah kembali memuncak setelah militer Israel melaporkan bahwa Iran telah meluncurkan hampir 100 rudal ke wilayahnya dalam dua gelombang serangan yang terjadi dini hari tadi. Serangan itu disebut sebagai salah satu aksi militer paling agresif yang dilakukan Iran dalam beberapa tahun terakhir terhadap Israel.
Juru bicara militer Israel, Laksamana Daniel Hagari, menyampaikan bahwa sistem pertahanan udara Iron Dome berhasil mencegat sebagian besar rudal yang masuk, namun beberapa berhasil menembus dan menyebabkan kerusakan di wilayah selatan Israel.
“Gelombang pertama terdiri dari sekitar 60 rudal balistik dan jelajah, disusul gelombang kedua sekitar 35 rudal tambahan,” ujar Hagari dalam konferensi pers pagi ini. “Serangan ini jelas merupakan eskalasi besar dan kami sedang mengevaluasi respons militer yang diperlukan.”
Menurut laporan media lokal, ledakan terdengar di dekat Beersheba dan wilayah Negev, serta menyebabkan beberapa kebakaran. Belum ada laporan korban jiwa secara resmi, namun sejumlah warga dilaporkan mengalami luka ringan akibat serpihan dan kepanikan.
Iran belum memberikan pernyataan resmi, namun sejumlah media yang dikelola pemerintah di Teheran menyebut serangan tersebut sebagai “balasan strategis atas tindakan Israel yang melanggar kedaulatan Iran dalam beberapa pekan terakhir.”
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam pidatonya pagi ini menyebut serangan itu sebagai “tindakan agresi terang-terangan” dan menegaskan bahwa Israel “tidak akan tinggal diam”.
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB dijadwalkan mengadakan sidang darurat malam ini untuk membahas situasi terbaru. Sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, Prancis, dan Rusia, menyerukan agar kedua pihak menahan diri guna mencegah konflik yang lebih luas.
Ketegangan antara Iran dan Israel sudah meningkat sejak serangkaian serangan udara di Suriah dan Lebanon yang ditudingkan pada Israel, serta aktivitas Iran yang meningkat di kawasan Teluk.
Situasi ini diperkirakan akan memperburuk stabilitas regional dan mengancam jalur perdagangan utama, terutama di Selat Hormuz. Analis militer memperingatkan bahwa konflik terbuka antara kedua negara bisa menyeret kekuatan global ke dalam konfrontasi.