
PUSATNEWS Yerusalem, 13 Juni 2025 — Ketegangan di Timur Tengah kembali mencapai puncaknya setelah Iran meluncurkan serangan rudal ke wilayah Israel pada Jumat dini hari. Beberapa ledakan keras terdengar di Yerusalem dan sekitarnya, memicu kepanikan warga dan membuat sistem pertahanan udara Iron Dome kembali aktif secara masif.
Menurut laporan militer Israel, serangan ini merupakan bagian dari lanjutan gelombang balasan Iran menyusul serangan udara Israel sebelumnya yang menyebabkan sedikitnya 78 warga Iran tewas. Iran mengklaim bahwa rudal-rudal tersebut menargetkan fasilitas militer dan pusat komando di wilayah Israel.
Saksi mata di Yerusalem melaporkan suara dentuman keras sekitar pukul 03.15 waktu setempat. Getaran terasa hingga beberapa kilometer dari pusat kota. Warga berhamburan menuju tempat perlindungan setelah sirene peringatan terdengar selama lebih dari satu menit penuh.
“Rumah kami bergetar seperti ada gempa. Anak-anak menangis dan kami segera berlindung di ruang bawah tanah,” ujar Shira Cohen, warga Yerusalem Barat.
Militer Israel menyebut bahwa sebagian besar rudal berhasil dicegat di udara oleh sistem pertahanan, namun beberapa serpihan menyebabkan kerusakan ringan di wilayah perbukitan Yerusalem dan satu titik di dekat pemukiman Gilo. Belum ada laporan korban jiwa dari pihak Israel hingga saat ini.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menegaskan bahwa negaranya tidak akan membiarkan “provokasi dan ancaman dari Teheran tanpa jawaban.” Dalam pidatonya, Netanyahu menyatakan bahwa Israel siap menghadapi konfrontasi dalam bentuk apapun untuk menjaga kedaulatannya.
Sementara itu, Iran melalui kantor berita resminya, IRNA, menyebut serangan ini sebagai “tindakan pertahanan yang sah dan terukur” atas agresi Israel di wilayahnya.
Masyarakat internasional terus menyerukan deeskalasi. Presiden AS dan para pemimpin Uni Eropa dilaporkan sedang mengadakan pertemuan darurat untuk mencari jalan keluar diplomatik dan mencegah perluasan konflik regional.
Dengan situasi yang terus berkembang, warga di kedua negara kini hidup dalam kecemasan penuh, sementara dunia menahan napas menunggu apakah perang terbuka akan benar-benar meletus.