
Jakarta – Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, mengatakan harga emas dunia mengalami lonjakan signifikan dalam dua hari terakhir, dipengaruhi oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa, serta ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral Amerika Serikat.
Menurut Ibrahim, pergerakan harga emas dunia pada pembukaan pasar Eropa sempat melemah cukup tajam. Namun, ia menilai penurunan itu merupakan strategi investor besar untuk mengambil posisi beli sebelum harga kembali naik.
“Harga emas dunia di pembukaan pasar Eropa sempat mengalami penurunan yang cukup signifikan, tapi rupanya itu sengaja dilakukan oleh para investor pan-pan besar untuk mengambil posisi beli pada saat pertengahan pasar Eropa, karena saat ini sudah memasuki pasar Inggris. Sehingga kelihatan sekali bahwa harga emas dunia saat ini ditransasikan di USD3.374,” jelas Ibrahim, dikutip Jumat (12/6/2025).
Oleh karena itu, Ibrahim optimistis harga emas akan menembus level USD 3.400 dalam waktu dekat, bahkan berpotensi melampaui USD 3.410 secara teknikal.
“Saya melihat secara teknikal USD3.410. Kalau seandainya ini tembus, ada kemungkinan besar harga emas dunia itu akan kembali ke level USD3.450. Level USD3.450 adalah level kunci di mana harga emas dunia kemungkinan besar akan kembali,” ujarnya.
Pendorong Utama

Salah satu pendorong utama penguatan harga emas adalah memanasnya situasi politik di Timur Tengah. Israel dilaporkan mengancam akan menyerang reaktor nuklir Iran, apabila pembicaraan antara Amerika Serikat dan Iran soal program nuklir tidak membuahkan hasil.
Menanggapi hal ini, Iran melalui Menteri Pertahanannya mengancam akan menyerang fasilitas militer milik AS di kawasan Timur Tengah. Bahkan, mantan Presiden AS Donald Trump disebut telah menginstruksikan pasukan AS untuk meninggalkan sejumlah pangkalan di wilayah tersebut.
Ketegangan di Eropa Timur

Selain itu, ketegangan di Eropa Timur juga turut memengaruhi pasar. Rusia dilaporkan terus melakukan serangan besar-besaran ke Ukraina dan berambisi menguasai 50% wilayah negara tersebut.
Wilayah yang dikuasai Rusia diketahui merupakan kawasan kaya tambang dan penghasil komoditas strategis.
“Kita harus ingat adalah wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Rusia, itulah wilayah-wilayah yang memiliki tambang yang cukup luar biasa, bahkan sampai saat ini wilayah-wilayah penghasil komoditas terbesar di Eropa ini sudah dikuasai oleh Rusia,” ujarnya.
Di sisi lain, Rusia mengancam terhadap Jerman, di mana Jerman yang sampai saat ini terus memasok persenjataan terhadap Ukraina, sehingga ada kemungkinan besar bahwa Rusia akan melakukan penyerangan terhadap wilayah-wilayah Jerman.
“Ini yang ditakutkan oleh pasar,” imbuhnya.
Negosiasi Perdagangan AS–Tiongkok dan Sinyal The Fed

Di luar ketegangan geopolitik, pasar juga mencermati perkembangan hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Kedua negara sedang dalam pembicaraan mengenai tarif impor baja dan aluminium yang dinaikkan menjadi 55%. Draft kebijakan tersebut masih menunggu persetujuan Presiden Tiongkok.
Sementara itu, dari sisi ekonomi makro, data inflasi Amerika Serikat menunjukkan tren penurunan. Hal ini memunculkan ekspektasi bahwa The Federal Reserve akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, meskipun dalam pertemuan pekan depan diperkirakan masih mempertahankan suku bunga saat ini.
“Dalam pertemuan di minggu depan The Fed pasti akan tetap mempertahankan suku bunga, tetapi dalam tahun 2025 ada kemungkinan besar Bank Central Amerika akan menurunkan suku bunga. Nah inilah yang membuat harga emas terus mengalami kenaikan,” pungkasnya.