
Jakarta – Sosok misterius di balik penciptaan Bitcoin, Satoshi Nakamoto, kembali menjadi sorotan. Berdasarkan data terbaru, nilai kepemilikan Bitcoin milik Nakamoto kini diperkirakan mencapai USD 118 miliar atau setara lebih dari Rp1.900 triliun (dengan asumsi kurs Rp 16.200 per USD).
Data dari platform analitik Arkham menunjukkan bahwa dompet yang diyakini milik Satoshi menyimpan sekitar 1,096 juta BTC. Jumlah tersebut tidak pernah berpindah tangan sejak pertama kali ditambang pada awal kemunculan Bitcoin, yakni antara tahun 2009 dan 2010.
Saat itu, Bitcoin nyaris tak memiliki nilai. Namun kini, dengan harga BTC sempat menembus USD 110.000, nilai simpanan tersebut membuat Nakamoto berada di jajaran individu terkaya dunia—setidaknya secara nominal.
Bitcoin sempat menyentuh angka tertinggi harian USD 110.651 pada Senin, lalu mendekati titik tertingginya lagi di USD 110.435 pada Rabu, sebelum mengalami koreksi.
Sebelumnya, Bitcoin sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di USD 111.980 pada 22 Mei lalu.
Lonjakan ini didorong oleh data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari perkiraan, sehingga memicu ekspektasi penurunan suku bunga acuan oleh The Fed serta meningkatkan kepercayaan terhadap aset kripto.
Indeks Harga Konsumen (CPI) mencatat kenaikan hanya 0,1% pada April lalu, lebih rendah dari proyeksi sebagian besar ekonom. Dengan demikian, inflasi tahunan AS turun menjadi 2,4%, meski masih sedikit di atas target The Fed sebesar 2%.
Kenaikan harga tersebut sempat mendorong nilai kepemilikan Satoshi Nakamoto menembus USD 120 miliar sebelum akhirnya mengalami sedikit penurunan seiring koreksi harga.
Bitcoin Tembus USD 110.000, Tinggal Selangkah Sentuh Rekor Baru

Vice President Marketing Indodax Antony Kusuma menjelaskan, lonjakan harga Bitcoin kali ini bukan hanya soal teknikal, melainkan mencerminkan perubahan cara pandang global terhadap aset kripto.
“Bitcoin kini tak lagi berada di bagian terpinggirkan dari sistem keuangan global, aset digital tersebut sudah menjadi bagian dari percakapan inti antar pemerintah, pelaku industri, dan lembaga-lembaga keuangan besar,” ungkap Antony dalam keterangan tertulis, Kamis (12/6/2025).
Ia menambahkan, lonjakan harga ke level USD 110.000 mencerminkan bahwa pasar melihat Bitcoin bukan hanya sebagai aset alternatif, tetapi sebagai komponen strategis dalam bagian ekonomi digital yang baru.