
Jakarta – Tak sedikit orangtua yang langsung terpikir soal terapi obat ketika anak mereka didiagnosis autisme. Padahal, menurut dokter spesialis anak konsultan neurologi Amanda Soebadi, tidak semua anak dengan autisme membutuhkan pengobatan.
Obat hanya akan diresepkan bila anak menunjukkan perilaku yang sangat mengganggu atau membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain.
“Obat itu kalau perilaku sangat mengganggu seperti membahayakan dirinya sendiri, misalnya menjedotkan kepala ke tembok, kerap memukul kepala atau dada. Atau membahayakan teman, misal maksud anak tersebut ingin mengajak teman main tapi caranya dengan mendorong,” kata Amanda dalam media briefing bersama IDAI beberapa waktu lalu.
Amanda menekankan konsumsi obat tersebut bukan berarti membuat anak dengan autisme sembuh. Melainkan membantu mengurangi agresivitas pada anak dengan autisme.
“Obat bukan menyembuhkan tapi mengurangi perilaku seperti itu (kasar atau agresif),” kata Amanda
Anak Autisme Perlu Diet Rendah Gula dan Gluten Freen, Benarkah?
Amanda juga mengutarakan bahwa banyak orangtua mencoba diet untuk membantu agar kondisi buah hati lebih baik. Mulai dari diet bebas tepung hingga gula.
Faktnya tidak ada bukti diet tertentu membuat perilaku anak dengan autisme lebih baik.
“Tidak ada bukti bahwa diet khusus bisa memperbaiki perilaku anak dengan autisme,” papar wanita yang sehari-hari praktik di RS Brawijaya Antasari Jakarta ini.
Berdasarkan studi yang dilakukan dokter spesialis anak konsultan neurologi Prof Dr dr Hardiono Pusponegoro tidak ada perbedaan berarti pada anak yang diet bebas gluten dan kasein (protein yang terdapat pada produk olahan susu) dibandingkan tanpa diet tertentu.
“Tidak ada perbedaan (perilaku pada anak),” kata Amanda mengungkapkan hasil riset sang guru.
Terapi pada Anak Autisme
Pada anak yang sudah tegak diagnosis autisme, maka salah satu yang direkomendasikan adalah terapi. Semakin dini mendapatkan intervensi maka hasilnya akan semakin baik.
“Anak-anak autisme perlu terapi,” kata Amanda.
Beberapa terapi diantaranya:
1. Terapi sensori integrasi
Membantu anak untuk dapat melakukan proses sensori.
2. Floor time
Pendekatan pragmatis sosial yang digunakan untuk membantu anak dengan autisme mengembangkan kemampuan verbal dan sosial
3. Terapi behavior
Pada anak autisme dengan perilaku agresif terapi ini dibutuhkan. Lalu, bagi anak autisme yang tidak bisa kontak mata juga perlu terapi perilaku.
4. Terapi okupasi
Bila anak autisme mengalami gangguan motorik halus misalnya saat menulis, makan, duduk maka perlu terapi okupasi.
5. Terapi Motorik Kasar dan Wicara (Hanya Bila Perlu)
Hanya bila perlu karena biasanya bila terapi-terapi lain sudah dilakukan akan ada perbaikan kemampuan motorik kasar adan wicara pada anak.