
PUSATNEWS Rafah, Gaza — 2 Juni 2025
Sedikitnya 31 warga Palestina tewas dan lebih dari 170 lainnya luka-luka pada Minggu (1/6) saat mereka berkumpul di pusat distribusi bantuan di Rafah, Gaza selatan. Insiden ini memicu kecaman luas dan menyoroti krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di wilayah tersebut.
Kronologi Kejadian
Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, para korban terkena tembakan saat berusaha mendapatkan bantuan makanan dari pusat distribusi yang dioperasikan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah organisasi yang didukung oleh Amerika Serikat dan Israel. Saksi mata dan tenaga medis melaporkan bahwa tembakan berasal dari posisi militer Israel di dekat lokasi tersebut.
Palang Merah mengonfirmasi bahwa setidaknya 21 orang tewas dan 179 lainnya dirawat di rumah sakit lapangan dengan luka tembak dan serpihan peluru. Organisasi Doctors Without Borders menyebut insiden ini sebagai “pembantaian” dan mengkritik sistem distribusi bantuan yang dianggap memaksa warga sipil mengambil risiko besar demi mendapatkan makanan.
Respons Israel
Militer Israel (IDF) membantah bertanggung jawab atas kematian warga sipil tersebut. Dalam pernyataannya, IDF menyatakan bahwa pasukannya hanya melepaskan tembakan peringatan untuk mencegah kerumunan mendekati area militer dan tidak menargetkan warga sipil. IDF juga merilis rekaman drone yang diklaim menunjukkan bahwa militan Hamas berada di antara kerumunan dan menembaki warga sipil di lokasi distribusi bantuan.
GHF, yang mengelola pusat distribusi tersebut, juga membantah adanya penembakan di dekat fasilitas mereka dan menyebut laporan kekerasan sebagai “tidak benar”.
Kritik terhadap Mekanisme Bantuan
Sistem distribusi bantuan baru yang dikelola oleh GHF telah menuai kritik tajam dari berbagai organisasi kemanusiaan internasional. PBB dan lembaga bantuan lainnya menolak bekerja sama dengan GHF, mengutip kekhawatiran tentang keamanan dan independensi operasional. Mereka menilai bahwa sistem ini tidak memenuhi prinsip-prinsip kemanusiaan dan justru memperburuk situasi di lapangan.
Krisis kemanusiaan di Gaza semakin parah sejak Israel memberlakukan blokade ketat pada Maret 2025, yang membatasi akses bantuan dan menyebabkan kelaparan meluas di wilayah tersebut. Lebih dari 54.000 warga Palestina dilaporkan tewas sejak konflik dimulai pada Oktober 2023.
Reaksi Internasional
Insiden ini memicu kecaman dari berbagai pihak internasional. Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, menyebut kejadian ini sebagai “tidak manusiawi” dan menyerukan pembukaan akses bantuan yang aman dan tanpa hambatan ke Gaza. Organisasi kemanusiaan mendesak Israel untuk menghentikan penggunaan kekuatan berlebihan dan memastikan perlindungan bagi warga sipil yang mencari bantuan.
Sementara itu, IDF menyatakan akan melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait insiden ini. Namun, ketidakpercayaan terhadap hasil penyelidikan internal Israel tetap tinggi di kalangan masyarakat internasional dan organisasi hak asasi manusia.