
Bandung – Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Wafid menyebutkan tanah longsor di lokasi galian C di Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, pada Jumat (30/5/2025) pukul 10.00 WIB masuk dalam zona kerentanan tanah tinggi.
Wafid menjelaskan wilayah tersebut mempunyai proporsi probabilitas kejadian gerakan tanah lebih besar dari 50 persen dari total populasi kejadian.
“Zona kerentanan gerakan tanah tinggi merupakan wilayah yang sering mengalami kejadian gerakan tanah,” ujar Wafid dalam keterangan tertulisnya, Bandung, Jumat (30/5/2025).
Wafid mengatakan gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak akibat curah hujan tinggi dan atau gempa bumi di lokasi tersebut.
Pada umumnya lanjut Wafid, kisaran kemiringan lereng dari terjal 17-36 derajat sampai curam diangka lebih dari 36 derajat.
“Tergantung pada kondisi geologi setempat dan lereng yang dibentuk oleh bahan timbunan,” kata Wafid.
Wafid menerangkan lokasi kejadian tanah longsor tersebut berada dikoordinat -6.76998, 108.40061.
Berdasarkan data sementara dari Pusat Pengendalian Data dan Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat (Pusdalop BPBD Jabar) dilakporkan sebanyak 13 orang meninggal dunia dan lima orang terluka dibawa Ke RS Sumber Hurip Kabupaten Cirebon dan Puskesmas Terdekat.
Kronologi Kejadian
Dilansir kanal Peristiwa, Liputan6, longsor terjadi di lokasi galian C di Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, pada Jumat (30/5/2025) sekitar pukul 10.00 WIB. Akibat insiden tersebut, empat pekerja tambang dilaporkan tewas setelah tertimbun material longsor. Sementara itu, sembilan pekerja lainnya berhasil diselamatkan meski mengalami luka-luka.
Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Hendra Rochmawan menerangkan, material longsor turut menyebabkan tujuh dump truck serta tiga eskavator yang tengah beroperasi tertimbun.
“Longsor yang terjadi di galian C ini menyebabkan tujuh unit mobil dump truck dan tiga unit alat berat jenis eskavator terkubur material longsoran. Berdasarkan laporan sementara, terdata sebanyak empat korban jiwa yang telah berhasil dievakuasi dalam kondisi meninggal dunia,” kata dia dalam keterangan tertulis, Jumat (30/5/2025).
Hendra menjelaskan, empat korban tewas yang berhasil dievakuasi yaitu Sanuri (47), warga Desa Semplo, Andri (40), warga Padabenghar, Sukadi (48), warga Buntet Pesantren, Kendra alias Bureng, warga Girinata.
Selain itu, sebanyak sembilan korban lainnya berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat. Kini dirawat intensif di RS Sumber Urip. Mereka antara lain Rion Firmansyah, warga Gunung Santri, Rio, dan Rino warga Cikalahang, Suwandi warga Girinata, Ervan Hardiansyah warga Blok Siliasih, Aji warga Beberan, Safitri dan Abdul Rohim warga Kertajati.
Dia mengatakan pendataan dan proses evakuasi masih terus berlangsung, Pihak Kepolisian bersama unsur TNI, BPBD, dan Relawan tengah melakukan pencarian lanjutan di lokasi kejadian untuk memastikan tidak ada korban lain yang tertinggal.
“Kami menghaturkan doa terbaik bagi para korban dan keluarga yang ditinggalkan serta apresiasi setinggi-tingginya bagi seluruh petugas yang terlibat dalam proses penyelamatan,” tandas dia.
Gubernur Jabar Cabut Izin Perusahaan
Dilansir kanal Regional, Liputan6, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menegaskan menutup perusahaan tambang batu alam yang berada di wilayah Gunung Kuda Cirebon imbas longsor yang memakan banyak korban jiwa. Diketahui, puluhan korban tertimbun longsor akibat aktivitas penambangan batu alam di Gunung Kuda Cirebon.
Dikutip dari akun media sosial pribadi Dedi Mulyadi, ia menyampaikan berita duka dan menyampaikan belasungkawa atas kejadian tersebut. Ia mengaku sempat meninjau lokasi penambangan batu alam di dan dianggap sangat berbahaya.
“Beberapa waktu lalu saat saya sebelum menjadi gubernur saya pernah datang ke penambangan galian C. Saya melihat itu sangat berbahaya tidak memenuhi unsur standarisasi keamanan bagi para pegawainya,” ujarnya mengutip akun pribadi media sosial Dedi Mulyadi, Jumat (30/5/2025).
Namun, kata dia, saat itu ia belum memiliki kapasitas sebagai pejabat di Provinsi Jawa Barat. Sehingga, aktivitas penambangan tersebut masih berlangsung sesuai dengan izin yang dimiliki perusahaan hingga Oktober 2025.
Dalam kejadian tersebut, kata dia, para pekerja sedang bekerja memenuhi kebutuhan dan tanggungjawabnya. Padahal, kata dia, pekerjaan tersebut sangat berbahaya bagi para pekerjanya.
“Ini sebenarnya menjadi tanggungjawab bagi pengelola tambang dan semoga keluarga diberi ketabahan yang meninggal diterima iman islam diampuni dosanya dan ditempatkan di tempat yang mulia di sisi Allah,” ujar Dedi.
Tutup Selamanya
Merespons insiden tersebut, Dedi menegaskan sudah memerintahkan kepala ESDM dan seluruh jajaran yang ada di lokasi untuk mengambil tindakan tegas. Ia memutuskan untuk menutup perusahaan yang mengelola aktivitas penambangan batu alam di Gunung Kuda Cirebon.
“Perusahaan ditutup untuk selamanya,” tegas Dedi.
Pada kesempatan tersebut, menyampaikan insiden longsor tambang batu alam Gunung Kuda Cirebon pelajaran penting bagi kita semua. Ia menegaskan bahwa berusaha harus memperhatikan keselamatan bagi para pekerjanya.
“Karena itu tanggungjawab pengusaha dan galian harus memperhatikan aspek dampak yang akan ditimbulkan bagi lingkungannya,” ujar Dedi.