
Jakarta – Gamma-ray burst merupakan ledakan paling dahsyat yang sejauh ini ditemukan para peneliti hingga saat ini. Fenomena alam ini hanya berlangsung beberapa 2 detik pada 1967 lalu.
Meski singkat, sejumlah gamma-ray burst diketahui mampu memancarkan energi lebih besar daripada yang dipancarkan matahari selama 10 miliar tahun, hanya dalam waktu 10 detik. Menariknya, ledakan dahsyat ini ditemukan secara tidak sengaja.
Melansir laman NASA pada Jumat (30/05/2025), ledakan ini ditemukan di tengah perang dingin antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet. Pada 1960-an, kedua negara mulai mengembangkan senjata nuklir.
Kala itu, AS baru saja menandatangani perjanjian dengan Inggris dan Uni Soviet untuk melarang uji coba di dalam atmosfer bumi. Pada 17 Oktober 1963, AS meluncurkan satelit Vela yang berfungsi untuk memastikan emua pihak tunduk pada perjanjian tersebut.
Satelit Vela mampu mendeteksi radiasi gamma yang dipancarkan oleh senjata nuklir yang diuji di luar angkasa. Tak menemukan jejak ledakan nuklir, satelit ini justru menangkap ledakan lain yang lebih besar.
Satelit Vela 4 dan Vela 3 mendeteksi kilatan radiasi gamma pada 2 Juli 1967, pukul 14:19 UTC. Namun, ledakan yang ditemukan memiliki karakteristik yang berbeda dari senjata nuklir yang dikenal.
Merasa tidak yakin dengan radiasi yang mereka temukan, tim di Laboratorium Nasional Los Alamos kemudian mengajukan data tersebut untuk diselidiki. Satelit Vela tambahan meluncur beberapa tahun setelahnya dengan misi menyelidiki ledakan misterius tersebut.
Tim Los Alamos terus menemukan semburan sinar gamma yang tidak dapat dijelaskan dalam data mereka. Tim tersebut dapat menentukan 16 semburan sinar gamma tersebut dengan menganalisis waktu kedatangan semburan dari satelit yang berbeda pula.
Perkiraan Kasar
Mereka dapat menemukan perkiraan kasar di mana posisi langit ledakan ini terjadi, yang mana tak berasal dari bumi atau matahari. Penemuan ini kemudian dipublikasi pada 1973.
Lokasi semburan sinar gamma tetap jadi misteri di kalangan astronom sampai 30 tahun penemuan pertama. Sebab, kecemerlangan galaksi tempat gamma-ray burst terjadi umumnya cukup redup.
Kondisi ini menyulitkan ilmuwan untuk tahu secara presisi di mana letak fenomena ini terjadi. Pada 1998, sebuah laporan ilmiah yang dipublikasi Astrophysical Journal Letters kemudian mampu memprediksi jarak pasti sebuah gamma-ray burst bernama GRB 970508.
Ledakan ini mulai diteliti sejak 4 jam setelah insiden dideteksi, membuat peneliti dapat memperkirakan di mana lokasinya lebih baik dari gamma-ray burst sebelumnya. Berdasarkan penelitian tersebut, ledakan gamma-ray burst GRB 970508 terjadi di galaksi yang terletak 6 miliar tahun cahaya dari bumi.
Meski jaraknya yang sangat jauh, pancaran energi yang besar membuat sinar tersebut membuat peneliti di Bumi dapat melihatnya.
Apa Itu Sinar Gamma?
Dikutip dari Space pada Jumat (30/05/2025), sinar gamma yang dipancarkan saat fenomena gamma-ray burst pada dasarnya adalah radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik sendiri terbagi oleh beberapa kategori yang didasarkan oleh seberapa besar spektrumnya.
Kategori ini, diurutkan dari yang paling rendah sampai tinggi, terdiri dari gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya yang tampak, ultraviolet, sinar-X, dan sinar gamma. Menurut United States Environmental Protection Energy (EPA), radiasi sinar gamma berbahaya bagi tubuh manusia.
Mereka dapat dengan mudah menembus penghalang yang dapat menghentikan partikel alfa dan beta, seperti kulit dan pakaian. Sinar gamma dapat menembus seluruh tubuh manusia saat mereka melewatinya, mereka dapat menyebabkan ionisasi yang merusak jaringan dan DNA.
Sinar gamma memiliki begitu banyak daya tembus sehingga beberapa inci material padat seperti timah atau beton mungkin diperlukan untuk menghentikannya. Dalam kasus kehidupan kita sehari-hari, radiasi sinar gamma di luar angkasa tak jadi masalah karena kita dilindungi oleh lapisan ozon dari Bumi yang mampu menyaringnya.