
Brussels – Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Kaja Kallas pada Rabu (28/5/2025) mengatakan bahwa serangan Israel di Gaza melampaui apa yang diperlukan untuk memerangi Hamas. Hal ini disampaikannya seiring dengan terus meningkatnya jumlah korban jiwa.
Kallas juga menyatakan bahwa Uni Eropa tidak mendukung model distribusi bantuan baru yang dijalankan oleh Amerika Serikat (AS) dan Israel, yang mengesampingkan PBB dan organisasi kemanusiaan lainnya.
“Kami tidak mendukung privatisasi distribusi bantuan kemanusiaan. Bantuan kemanusiaan tidak boleh dijadikan senjata,” tegasnya seperti dilansir BBC.
Menurut otoritas kesehatan Gaza, serangan udara Israel dan aksi militer lainnya yang kembali digencarkan pada Maret setelah jeda gencatan senjata telah menewaskan 3.924 orang. Israel mengklaim mereka bertindak untuk menghancurkan Hamas dan membebaskan sandera yang masih ditahan oleh kelompok tersebut.
Serangan Israel telah menewaskan banyak warga sipil. Pada Jumat (23/5), sebuah serangan udara di Khan Younis menewaskan sembilan dari 10 anak seorang dokter Palestina. Sedikitnya 35 orang tewas akibat serangan terhadap sebuah gedung sekolah di Gaza Utara yang digunakan sebagai tempat perlindungan bagi keluarga-keluarga yang kehilangan rumah mereka selama akhir pekannya.
Pernyataan Kallas muncul setelah intervensi serupa dari Kanselir Jerman Friedrich Merz yang menyatakan bahwa dia tidak lagi memahami tujuan Israel di Gaza.
“Bagaimana populasi sipil terdampak … tak bisa lagi dibenarkan atas dasar perlawanan terhadap terorisme Hamas,” kata Merz.
Serangan Israel Mengerikan

Uni Eropa merupakan salah satu donor bantuan kemanusiaan terbesar ke Gaza, namun Kallas menyebutkan bahwa sebagian besar bantuan tersebut saat ini tidak bisa sampai ke warga Palestina yang membutuhkan. Israel memberlakukan blokade total terhadap Gaza sejak 2 Maret dan baru mulai mengizinkan sedikit bantuan masuk setelah 11 minggu.
“Mayoritas bantuan ke Gaza disediakan oleh Uni Eropa, tetapi tidak sampai ke warga karena diblokir oleh Israel,” ujar Kallas.
“Penderitaan rakyat (Gaza) tidak tertahankan.”
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada saat yang sama menyebut serangan terbaru Israel terhadap infrastruktur sipil di Gaza sebagai tindakan yang mengerikan dan tidak proporsional.
Pernyataan ini juga menyusul kritik paling keras dari Inggris, Prancis, dan Kanada, yang menuntut agar Israel menghentikan serangan militernya di Gaza. Inggris bahkan mengambil langkah nyata untuk menekan Israel dengan menangguhkan pembicaraan dagang.
Uni Eropa telah meluncurkan peninjauan resmi terhadap perjanjian dagangnya dengan Israel dan Kallas menyatakan dia akan memaparkan sejumlah opsi pada pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels pada 23 Juni mendatang.
Lembaga-lembaga PBB telah memperingatkan bahwa 2,1 juta penduduk Gaza menghadapi tingkat kelaparan yang bersifat bencana setelah blokade Israel yang berlangsung hampir tiga bulan.
Netanyahu Ngotot Usir Warga Gaza

Israel dan AS saat ini mendukung sistem distribusi bantuan baru yang dijalankan oleh sebuah kelompok bernama Gaza Humanitarian Foundation (GHF).
Sistem distribusi bantuan milik GHF menggunakan kontraktor keamanan AS dan tidak melibatkan PBB, yang telah menolak sistem ini karena dianggap tidak etis dan tidak layak dijalankan. Pemerintah AS dan Israel mengklaim sistem ini mencegah bantuan dicuri oleh Hamas—tuduhan yang dibantah keras kelompok bersenjata tersebut.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa (27/5) kembali menegaskan rencana untuk merelokasi seluruh penduduk Gaza ke zona steril di bagian selatan wilayah itu, sementara pasukan Israel melanjutkan pertempuran melawan Hamas di daerah lain. Dia juga bersumpah akan memfasilitasi apa yang dia sebut sebagai migrasi sukarela sebagian besar penduduk Gaza ke negara-negara lain—rencana yang oleh banyak pihak dipandang sebagai pengusiran.
Israel melancarkan serangan militer di Gaza sebagai respons terhadap serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, yang diklaim Israel menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan 251 lainnya disandera.
Menurut otoritas kesehatan Gaza sedikitnya 54.084 orang telah tewas akibat serangan Israel yang dimulai pada hari yang sama.