
Jakarta – Temuan mengejutkan datang dari para ilmuwan yang mempelajari bagian terdalam planet kita. Mereka menemukan bahwa inti logam bumi ternyata menyimpan harta karun dalam jumlah yang luar biasa besar, yakni emas dalam jumlah masif yang selama ini tersembunyi jauh di bawah permukaan.
Penelitian terbaru bahkan menunjukkan bahwa sebagian dari emas tersebut perlahan-lahan naik ke atas, melewati lapisan mantel, dan akhirnya mencapai kerak bumi. Melansir laman Science Alert pada Kamis (29/05/2025), hasil penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Nature.
Dalam studi tersebut, tim peneliti internasional berhasil membuktikan bahwa logam-logam mulia, termasuk emas, memang bisa berasal dari inti bumi dan muncul ke permukaan melalui proses geologis alami. Selama ini, para ilmuwan memperkirakan bahwa lebih dari 99 persen emas yang ada di Bumi terkonsentrasi di inti logamnya.
Jumlah emas yang luar biasa ini, jika dapat diambil dan disebar merata, cukup untuk melapisi seluruh permukaan daratan di dunia dengan lapisan setebal 50 sentimeter. Namun, hanya sebagian kecil saja dari emas tersebut yang dapat diakses manusia, karena sebagian besar masih terkunci jauh di dalam bumi.
Proses ini berakar dari fase awal pembentukan bumi sekitar 4,5 miliar tahun lalu, ketika planet kita masih berupa bola magma cair yang panas. Pada masa itu, unsur-unsur berat seperti besi dan emas tenggelam ke pusat bumi karena tarikan gravitasi dalam fenomena yang dikenal sebagai iron catastrophe.
Inilah awal mula terbentuknya inti logam bumi. Kemudian, tabrakan meteorit yang terjadi selama jutaan tahun turut menambahkan logam-logam berat ke permukaan planet ini, memperkaya kerak bumi.
Namun demikian, asal-usul pasti logam-logam mulia di kerak masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan. Untuk menjawab pertanyaan ini, para peneliti menggunakan pendekatan isotop, yaitu versi unsur kimia yang memiliki jumlah neutron berbeda.
Isotop Ruthenium
Mereka memfokuskan perhatian pada isotop ruthenium, logam berat yang sangat langka. Selama ini, perbedaan isotop ruthenium antara inti dan permukaan bumi terlalu kecil untuk dideteksi.
Namun tim ini berhasil mengembangkan teknik analisis baru yang jauh lebih sensitif. Dengan teknik tersebut, mereka meneliti batuan vulkanik dari Kepulauan Hawaii.
Hasilnya sangat mencengangkan, mereka menemukan konsentrasi isotop ruthenium-100 yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan batuan mantel pada umumnya. Temuan ini menjadi bukti kuat bahwa batuan tersebut membawa jejak langsung dari inti bumi.
Lebih lanjut, peneliti menyimpulkan bahwa bukan hanya ruthenium yang naik dari inti, tetapi juga unsur logam mulia lainnya yang bersifat siderophilic, yakni logam-logam yang cenderung larut dalam besi dan terkonsentrasi di inti. Termasuk di antaranya adalah palladium, rhodium, platina, dan tentu saja emas.
Pergerakan logam-logam mulia dari inti menuju permukaan tidak terjadi dengan cepat. Proses ini berlangsung sangat lambat dan hanya terjadi melalui konveksi mantel, yaitu naiknya material superpanas dari batas antara inti dan mantel menuju permukaan.
Proses inilah yang kemudian membentuk wilayah-wilayah vulkanik aktif seperti Kepulauan Hawaii. Bagi para ilmuwan, temuan ini adalah revolusi dalam pemahaman kita terhadap dinamika dalam bumi.
Tidak hanya memperjelas asal usul logam mulia di kerak, studi ini juga membuka peluang untuk memahami proses geologis dan kimiawi yang selama ini tersembunyi jauh di dalam perut planet kita. Meski secara praktis emas dari inti belum bisa ditambang, pengetahuan ini menjadi langkah besar dalam ilmu geologi dan geokimia modern.