
Pesatnya perkembangan teknologi eksplorasi luar angkasa membuat bumi dikelilingi satelit buatan dengan fungsi yang beragam. Sejak awal era antariksa dimulai, satu per satu satelit diluncurkan ke luar angkasa hingga kini angkanya mencapai ribuan.
Sebenarnya, persisnya ada berapa banyak satelit yang mengelilingi orbit bumi? Selama ini, jumlah satelit yang diluncurkan ke luar angkasa relatif stabil selama setiap tahunnya.
Dikutip dari laman Space pada Selasa (27/05/2025), manusia pertama kali meluncurkan satelit buatan bernama Sputnik pada 1957. Selanjutnya, hanya ada sekitar 50 hingga 100 satelit yang dikirim setiap tahunnya.
Pola pengiriman satelit itu bertahan hingga 2010-an hingga perusahaan luar angkasa swasta seperti SpaceX mulai beroperasi. Sejak perusahaan-perusahaan itu berkembang, pengiriman satelit mulai meningkat pesat.
Pada 2024 sendiri, rata-rata satu roket diluncurkan setiap 34 jam. Dengan demikian, total lebih dari 2.800 satelit masuk ke orbit.
Terhitung pada Mei 2025, diperkirakan sekitar 11.700 satelit aktif mengorbit di sekitar bumi. Sebagian besar mereka berada di orbit rendah bumi (low earth orbit/LEO) yaitu kurang dari 2.000 km dari permukaan bumi.
Terlepas dari satelit aktif, beberapa yang sudah tidak berfungsi masih bertahan di orbit bumi. Satelit-satelit non aktif itu menunggu diturunkan kembali ke bumi maupun akan dipndah ke “orbit kuburan”.
PBB mencatat, ada 14.900 total satelit non aktif mengorbit bumi. Dalam lima tahun terakhir, jumlah satelit di orbit sudah lebih dari dua kali lipat.
Beberapa ahli memperkirakan jumlah itu naik hingga 10 kali lipat, yang akan terus bertambah sebelum pada akhirnya stabil. Jika prediksi itu terjadi, jumlah satelit yang mengorbit bumi akan memberi dampak besar terhadap astronomi, eksplorasi luar angkasa, maupun lingkungan.
Lonjakan satelit disebabkan oleh megakonstelasi, atau jaringan besar dari perusahaan swasta untuk layanan komunikasi global. Sebagai contoh, ada 7.400 satelit aktif sebagai bagian proyek Starlink milik SpaceX.
Dari keseluruhan jumlahnya, 60 persen yang aktif sampai saat ini diluncurkan sejak 2019. Namun, SpaceX bukan satu-satunya perusahaan komunikasi yang meluncurkan konstelasi satelit.
Adapun perusahaan-perusahaan itu antara lain OneWeb milik Eutelsat, SpaceMobile dari AST, Proyek Kuiper dari Amazon, dan konstelasi “Thousand Sails” dari China.
Mengenal Sampah Antariksa
Melansir laman Live Science pada Selasa (27/05/2025), jurnal Protect Earth’s Orbit: Avoid High Seas Mistakes menyebutkan bahwa sampah luar angkasa semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan industri antariksa di bumi. Jaringan Pengawasan Luar Angkasa Amerika Serikat melacak lebih dari 23.000 keping sampah terdapat di luar angkasa.
Dari jumlah tersebut, sekitar 3.000 adalah satelit mati yang dibiarkan membusuk di orbit. Jumlah dari sampah luar angkasa bisa melebihi jumlah tersebut karena tidak semuanya dapat terlacak oleh peneliti.
Bahkan, mereka memperkirakan bahwa ada lebih dari 100 triliun keping sampah luar angkasa yang masih belum terlacak. Sampah-sampah luar angkasa tersebut dapat menimbulkan masalah serius.
Hal tersebut dikarenakan objek di orbit bergerak sangat cepat dan biasanya mencapai kecepatan lebih dari 15.600 mph (25.200 km/jam). Benda seukuran kacang pun bisa menjadi berbahaya di orbit.
Jika dua benda yang bergerak berlawanan arah bertabrakan satu sama lain di ruang angkasa, maka dampaknya menjadi lebih besar.