
Jakarta – Sebuah asteroid besar melintas di dekat bumi pada 21 Mei 2025 lalu. Lintasan asteroid yang dinamai 2025 KF ini berada hanya sekitar 115 ribu kilometer dari bumi atau sekitar sepertiga jarak bumi ke bulan.
Jarak asteroid ini merupakan jarak yang sangat dekat dalam skala astronomi, dan cukup untuk menjadi perhatian para ilmuwan di seluruh dunia. Titik terdekat dari lintasan asteroid ini terjadi pada pukul 17.30 GMT atau 13.30 waktu setempat di Amerika Serikat (ET).
Di Indonesia, fenomena ini berlangsung pada 22 Mei 2025 pukul 00.30 WIB. Sayangnya, karena ukurannya yang relatif kecil dan kecepatannya yang sangat tinggi, asteroid ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Melansir Space pada Jumat (23/05/2025), Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyebut asteroid ini bergerak dengan kecepatan luar biasa, yakni sekitar 41.650 kilometer per jam. Ia melintas melewati wilayah kutub selatan bumi, sebelum kembali ke orbit elipsnya yang panjang mengelilingi matahari.
Meski jaraknya tergolong dekat, para ahli memastikan bahwa asteroid 2025 KF tidak menimbulkan ancaman bagi bumi. Bahkan, pergerakan asteroid ini disebut meleset lebih dari 226 ribu kilometer dari bulan, yang berarti tidak hanya aman bagi bumi, tetapi juga tidak mendekati satelit alami kita.
Asteroid 2025 KF pertama kali terdeteksi pada 19 Mei 2025 oleh para astronom dari proyek MAP (Monitoring of Asteroids and Planets) yang berbasis di Gurun Atacama, Chile, salah satu lokasi observasi langit terbaik di dunia. Menurut perkiraan ilmuwan, asteroid ini memiliki diameter antara 10 hingga 23 meter, kira-kira seukuran sebuah rumah bertingkat.
Jika benda sebesar ini memasuki atmosfer bumi, ia kemungkinan besar akan terbakar habis di udara dan hanya menyisakan serpihan kecil, mirip seperti meteor-meteor yang sering kita lihat saat hujan meteor. Hingga saat ini, NASA dan lembaga lainnya terus mengembangkan sistem deteksi dini untuk memantau pergerakan benda langit yang berpotensi mendekati bumi.
Lalu, bagaimana cara NASA deteksi asteroid yang mengancam bumi dengan cepat? Melansir lama NASA pada Jumat (23/05/2025), NASA dan sejumlah badan antariksa telah membangun jaringan teleskop dan komputasi canggih untuk mengidentifikasi NEO.
Centre for Near-Earth Object Studies (CNEOS) dibangun untuk memantau semua NEO. CNEOS bertujuan untuk memantau dan menganalisis objek dekat bumi (Near-Earth Objects, NEOs) seperti asteroid dan komet.
Lembaga ini bertanggung jawab untuk mendeteksi, mengamati, dan melacak objek yang berpotensi berbahaya yang mendekati bumi. Hal ini mencakup objek dengan ukuran yang cukup besar untuk menimbulkan dampak signifikan jika mereka jatuh ke bumi.
Analisis Data
CNEOS juga mengumpulkan dan menganalisis data mengenai orbit, ukuran, komposisi, dan karakteristik lain dari NEOs untuk memahami potensi bahaya dan kemungkinan dampak. Lembaga seperti NASA melalui CNEOS menggunakan teleskop dan sistem pemantauan otomatis untuk mendeteksi objek baru dan memprediksi lintasan mereka.
Beberapa sistem pemantauan yang penting termasuk sentry, sistem yang menghitung kemungkinan dampak dari NEO yang terdeteksi. Sistem ini memberikan peringatan dini jika ada risiko.
Sementara itu scout adalah sistem yang membantu dalam mengidentifikasi objek baru dan menilai apakah mereka berpotensi mengancam bumi.