
PUSATNEWS Sabtu, 17 Mei 2025 | Internasional
Gaza City — Serangan udara dan darat yang dilancarkan militer Israel kembali menewaskan sedikitnya 100 warga Palestina dalam kurun waktu 24 jam terakhir di Jalur Gaza. Serangan terbaru ini disebut sebagai salah satu yang paling mematikan dalam sepekan terakhir, menambah panjang daftar korban jiwa yang terus bertambah sejak konflik kembali memanas akhir tahun lalu.
Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan Gaza, korban tewas meliputi perempuan dan anak-anak, dengan puluhan lainnya luka-luka dan dilarikan ke rumah sakit yang kini hampir tidak lagi berfungsi karena keterbatasan pasokan medis dan listrik.
“Ini bukan lagi soal peperangan. Ini adalah pembantaian terhadap warga sipil yang tidak berdaya,” ujar juru bicara kementerian dalam pernyataan tertulis, Jumat malam (16/5).
Serangan di Rafah dan Jabalia
Kota Rafah dan Jabalia menjadi sasaran utama dalam serangan terbaru. Di Rafah, sebuah kamp pengungsian yang sebelumnya dianggap zona aman, dibombardir hingga rata dengan tanah. Sementara di Jabalia, sebuah sekolah yang dikelola oleh UNRWA (lembaga PBB untuk pengungsi Palestina) ikut hancur.
PBB dan lembaga kemanusiaan internasional mengecam keras tindakan tersebut. Komisioner Tinggi PBB untuk HAM, Volker Türk, mengatakan, “Israel harus segera menghentikan operasi militer yang secara terang-terangan melanggar hukum internasional.”
Respons Israel
Militer Israel mengklaim bahwa serangan tersebut menargetkan posisi militan Hamas dan terowongan bawah tanah yang digunakan untuk penyelundupan senjata. Dalam pernyataan resminya, pihak militer menyebut bahwa semua tindakan dilakukan dengan “presisi tinggi” dan bertujuan untuk mempertahankan keamanan nasional.
Namun, sejumlah rekaman video dan foto dari lapangan menunjukkan sebaliknya—runtuhan bangunan, jenazah anak-anak, dan warga sipil yang berlarian dalam kepanikan.
Krisis Kemanusiaan Meningkat
Lembaga Palang Merah Internasional menyebut bahwa situasi di Gaza kini berada di ambang bencana kemanusiaan total. Ribuan warga mengungsi ke wilayah selatan yang juga sudah penuh sesak. Pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan semakin menipis.
Desakan Gencatan Senjata
Sejumlah negara, termasuk Indonesia, Turki, dan beberapa anggota Uni Eropa, kembali menyerukan gencatan senjata segera. Dewan Keamanan PBB dijadwalkan menggelar rapat darurat dalam waktu dekat, namun upaya resolusi sebelumnya terus terhambat oleh veto negara-negara besar.