
PUSATNEWS Sabtu, 17 Mei 2025 | Internasional
Jenewa, Swiss — Kepala Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa, Volker Türk, pada hari Jumat kembali menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap meningkatnya kekerasan Israel di Jalur Gaza. Dalam pernyataan resminya, Türk menyebutkan bahwa pola serangan militer yang dilakukan Israel kini telah memasuki tahap yang “semakin brutal” dan bisa dikategorikan sebagai bentuk pembersihan etnis terhadap warga Palestina.
“Skala kehancuran yang kami saksikan saat ini melampaui krisis kemanusiaan biasa. Ini adalah upaya sistematis untuk mengosongkan Gaza dari penduduknya,” ujar Türk dalam konferensi pers di Jenewa. “Kami melihat penghancuran total wilayah sipil, termasuk rumah sakit, sekolah, dan kamp pengungsian.”
Menurut data terbaru dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), lebih dari 35.000 warga sipil Palestina telah tewas sejak serangan dimulai kembali pada Oktober 2024, dengan ribuan lainnya hilang atau luka parah. Sementara itu, lebih dari 70% infrastruktur Gaza dilaporkan rusak atau hancur total.
PBB telah berulang kali menyerukan gencatan senjata, namun pertempuran terus berlanjut, terutama setelah pasukan Israel memperluas serangannya ke Rafah, kota yang selama ini dianggap sebagai zona aman terakhir bagi pengungsi Palestina.
Reaksi Internasional
Pernyataan Türk mendapat dukungan dari berbagai organisasi kemanusiaan dan negara-negara anggota PBB, termasuk Afrika Selatan, Turki, dan Irlandia. Mereka mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah tegas terhadap Israel, termasuk kemungkinan sanksi ekonomi dan embargo senjata.
Namun, Amerika Serikat dan beberapa sekutu Barat tetap memberikan dukungan politik terhadap Israel, menyebut tindakan tersebut sebagai “bagian dari hak pertahanan diri terhadap ancaman militan Hamas.”
Seruan untuk Penyelidikan Internasional
Dalam pernyataan terakhirnya, Türk menyerukan penyelidikan internasional independen terhadap potensi kejahatan perang yang dilakukan di Gaza. “Pelanggaran hukum humaniter internasional tidak boleh dibiarkan tanpa akuntabilitas,” tegasnya.
Situasi di Gaza kini memasuki fase paling kritis dalam beberapa dekade terakhir. Krisis kemanusiaan semakin memburuk, sementara dunia internasional terus terbelah dalam menyikapi konflik yang tak kunjung reda ini.