
Jembatan Sembayat di Gresik, Jawa Timur, bukan sekadar infrastruktur penghubung antarkecamatan. Jembatan ini dibangun pada 1808 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels.
Jembatan sepanjang 350 meter ini menyimpan sejarah kelam kerja rodi, kisah mistis buaya putih, dan reputasi sebagai lokasi bunuh diri dengan korban yang kerap hilang tanpa jejak. Jembatan sembayat merupakan bagian dari proyek Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan yang dibangun Daendels.
Mengutip dari berbagai sumber, pembangunannya melibatkan kerja paksa (rodi) ribuan warga lokal dengan kondisi tidak manusiawi. Banyak pekerja yang tewas akibat kelelahan, kelaparan, atau bahkan dijadikan tiang pancang hidup untuk memperkuat pondasi jembatan.
Konstruksi jembatan ini awalnya dinamakan jembatan gladak. Jembatan ini menghubungkan Kecamatan Manyar dengan Bungah di atas aliran Bengawan Solo.
Sejak dibangun, jembatan telah mengalami empat kali perubahan posisi dan pada 2018 berubah menjadi dua jalur terpisah untuk arus lalu lintas Gresik-Lamongan. Masyarakat di sekitar jembatan sembayat memiliki kepercayaan tentang penunggu gaib yang menjaga jembatan tersebut.
Mereka percaya ada sosok buaya putih yang muncul sebagai pertanda akan terjadi korban jiwa, terutama sebelum kasus bunuh diri atau orang hilang. Selain itu, Bengawan Solo diyakini sebagai bekas jalur ular raksasa dari Solo yang sedang mencari Putri Kerajaan Solo yang hilang.
Pergerakan Ular
Hal ini ditandai dengan aliran sungai yang berkelok-kelok yang dipercaya sebagai jejak pergerakan ular tersebut. Masyarakat juga percaya bahwa arwah putri Solo tinggal di bawah jembatan dalam wujud kerajaan jin, dan konon meminta tumbal berupa korban bunuh diri.
Jembatan sembayat sering menjadi lokasi bunuh diri dengan beberapa kasus yang telah tercatat. Pada tahun 2020, ada seorang pria muda yang melompat ke sungai dari jembatan tersebut dan meninggalkan sepeda motornya yang masih menyala.
Meskipun tim penyelamat melakukan pencarian hingga ke hilir sungai, jasadnya tidak pernah ditemukan. Kasus lain melaporkan adanya korban yang hilang secara misterius, dengan jasad yang kadang-kadang ditemukan di lokasi yang tidak masuk akal, seperti di Desa Bedanten, padahal arus sungai mengalir ke arah yang berlawanan dari lokasi tersebut.
Sejak 2018, Jembatan Sembayat terdiri dari dua struktur terpisah untuk mengakomodasi lalu lintas yang padat. Akan tetapi, masalah teknis seperti amblesnya oprit (jalan penghubung) sempat memaksa penutupan sementara pada 2022 untuk perbaikan dengan teknologi mortar busa.