
PUSATNEWS Boyolali, 10 Mei 2025 — Seorang nenek berinisial SA (67), warga Polanharjo, Klaten, menjadi korban penganiayaan setelah diduga mencuri lima kilogram bawang putih di Pasar Mangu, Desa Ngesrep, Kecamatan Ngemplak, Boyolali. Peristiwa ini terjadi pada Rabu (7/5) pagi dan menjadi viral setelah video penganiayaan tersebar luas di media sosial.
Kronologi Kejadian
Menurut Kapolres Boyolali, AKBP Rosyid Hartanto, SA tiba di Pasar Mangu sekitar pukul 05.30 WIB. Melihat kesempatan, ia mengambil bawang putih dari salah satu lapak pedagang. Aksinya diketahui oleh pemilik lapak yang kemudian mengejarnya. SA berhasil diamankan dan dibawa ke pos keamanan pasar. Di sana, dua petugas keamanan pasar berinisial ZA (42) dan KA (56) diduga melakukan penganiayaan terhadap SA. Akibatnya, SA mengalami luka serius di kepala dan wajah, serta harus menjalani perawatan di rumah sakit selama empat hari .
Motif Pencurian
Hasil penyelidikan mengungkap bahwa SA terpaksa mencuri karena desakan ekonomi. Sehari-hari, ia berjualan sayur dan gorengan keliling, sementara anaknya bekerja sebagai montir bengkel. Penghasilan mereka tidak mencukupi kebutuhan hidup, dan SA diketahui memiliki utang di beberapa tempat
Respons Hukum
Polres Boyolali telah menetapkan ZA dan KA sebagai tersangka penganiayaan. Keduanya dijerat dengan Pasal 170 dan/atau Pasal 351 KUHP tentang pengeroyokan dan penganiayaan, dengan ancaman hukuman maksimal tujuh tahun penjara .
Gelombang Dukungan dan Donasi
Setelah kasus ini viral, SA menerima banyak bantuan dari berbagai pihak. Anak kedua SA, H (37), menyatakan bahwa bantuan datang dari DPR RI, Kapolres Boyolali, pejabat daerah, serta masyarakat umum dari berbagai daerah seperti Jakarta, Blitar, Mojokerto, dan Semarang. Bantuan yang diterima meliputi sembako, uang tunai, dan bahkan dua ekor kambing yang diharapkan dapat menjadi modal usaha bagi SA .
SA mengaku terharu dengan perhatian dan bantuan yang diterimanya. “Tiyang adoh-adoh (dari jauh) dari Jakarta ada, mboten nyangka (tidak menyangka). Perasaan kulo nggih susah nggih bungah (ya senang ya susah), mboten nyangka (tidak menyangka),” ungkap SA
Harapan ke Depan
Kasus ini menjadi sorotan publik dan memicu diskusi tentang pentingnya empati dan penanganan yang manusiawi terhadap pelanggaran kecil yang dilakukan karena desakan ekonomi. Masyarakat berharap kejadian serupa tidak terulang dan menekankan perlunya pendekatan yang lebih bijaksana dalam menangani kasus-kasus seperti ini.
Untuk informasi lebih lanjut, berikut adalah video terkait peristiwa tersebut: