
Jakarta – Emas merupakan salah satu logam mulia yang paling dicari dan dihargai di dunia. Di balik kemewahan dan nilainya, tersimpan kisah panjang dan menakjubkan tentang asal-usul emas yang bermula jauh sebelum terbentuknya planet Bumi.
Ilmuwan meyakini bahwa emas yang ada di Bumi saat ini berasal dari peristiwa kosmik dahsyat miliaran tahun lalu. Sebuah ledakan bintang raksasa atau tabrakan antara bintang neutron memuntahkan elemen berat ke seluruh penjuru galaksi.
Material hasil ledakan itu kemudian menyebar, mendingin, dan menjadi bagian dari awan gas dan debu. Pada akhirnya, sisa ledakan membentuk tata surya kita, termasuk Bumi.
Melansir laman NASA pada Kamis (08/05/2025), penelitian terbaru yang menganalisis data arsip berusia 20 tahun milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan Badan Antariksa Eropa (ESA) menduga bahwa emas dan unsur berat lainnya di alam semesta berasal dari semburan besar bintang neutron termagnetisasi yang disebut magnetar. Hasil penelitian itu telah dipublikasikan pada 29 April 2025 di The Astrophysical Journal Letters dan dapat diakses secara bebas oleh publik.
Magnetar adalah jenis bintang neutron dengan medan magnet sangat kuat. Bahkan triliunan kali lebih kuat dari magnet terkuat yang pernah dibuat manusia.
Dalam kondisi ekstrem ini, magnetar dapat melepaskan radiasi energi tinggi dalam peristiwa langka yang dikenal sebagai magnetar giant flare. Para peneliti memperkirakan bahwa semburan ini bisa menyumbang hingga 10 persen dari seluruh unsur yang lebih berat daripada besi di galaksi, termasuk emas, platinum, dan uranium.
Tim peneliti menemukan bahwa semburan dari magnetar menciptakan kondisi ekstrem yang memungkinkan pembentukan unsur berat tersebut melalui proses r-process atau rapid neutron capture (penangkapan neutron cepat). Dalam proses ini, inti atom menangkap sejumlah besar neutron dalam waktu sangat singkat dan kemudian mengalami peluruhan radioaktif berulang, membentuk unsur berat yang stabil seperti emas.
Sinyal Tambahan
Ketika menelusuri data sinar gamma dari semburan magnetar yang terjadi pada Desember 2004, para ilmuwan menemukan sinyal tambahan yang kala itu belum dipahami maknanya. Setelah dua dekade, sinyal itu cocok dengan pola prediksi dari model teoretis yang dikembangkan oleh tim peneliti yang dipimpin oleh Zara Patel dan Brian Metzger.
Penemuan ini menjadi bukti kuat bahwa semburan magnetar memang bisa menciptakan emas dan unsur berat lainnya. Penemuan ini diperkuat dengan data dari dua misi heliosfisika NASA, yakni Reuven Ramaty High Energy Solar Spectroscopic Imager (RHESSI) yang kini sudah pensiun, dan satelit Wind yang masih aktif.
Keduanya mencatat semburan magnetar pada 2004 dan memberikan data sinar gamma penting yang kini diinterpretasikan kembali menggunakan teknologi dan pemahaman modern. Studi ini juga melibatkan ilmuwan dari Flatiron Institute serta beberapa universitas terkemuka lainnya.
Sebagai tindak lanjut, NASA merencanakan peluncuran misi Compton Spectrometer and Imager (COSI) pada 2027. Teleskop sinar gamma ini dirancang untuk mempelajari fenomena paling energik di alam semesta, termasuk semburan magnetar.
COSI akan mampu mendeteksi dan mengidentifikasi unsur-unsur yang terbentuk dari peristiwa kosmik ekstrem ini. Hal ini membuka jalan untuk memahami lebih dalam bagaimana alam semesta membentuk elemen-elemen dasar kehidupan dan peradaban manusia.